Sebuah Persembahan Cinta

Sudah pernah baca E-book @SenyumSyukur edisi sebelumnyatentang #YatimBahagia? Kalau belum, baca duluya. Bisa diunduh gratis juga, kok.


Awal tahun ini, ada E-book terbaru judulnya Ibu dan CintaSebuah Persembahan Cinta. Ini adalah persembahan khusus bagi Ibu @SenyumSyukur yakni: Ummi Khadijah sang ibu kandungMama Aminah sang ibu susu dan bunda Sartje sang ibu angkat. Kita boleh membaca tulisannya karena memang diperuntukkan pula bagi kita, para Sahabat @SenyumSyukur. Tulisannya begitu menggugah kecintaan kita pada orang tua, terutama Ibu.

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
(QS. Al-Israa': 23-24)

Dibuka dengan kisah Abdullah Bani'mah yang lumpuh pada usia ke-19 tahun. Suatu hari ia bertanya pada jamaah yang ditemuinya, siapa yang mau menjadi lumpuh sepertinya. Tentunya tidak ada yang mau, bahkan kita saja tidak ingin kenikmatan hidup ini berkurang dengan adanya kekurangan di tubuh, bukan? Tapi ternyata ... ada seorang yang ingin menjadi sepertinya dan berkata, ”Wahai Abdullah, bersyukurlah kau masih mempunyai ayah dan ibu, sedangkan kami semua adalah dua puluh lima anak yatim (sejak kecil). Tidak ada di antara kami yang benar-benar bisa bahagia. Setiap hari yang kami lewati selalu dipenuhi dengan kesengsaraan. Ketika tiba hari-hari bahagia, rasanya sama saja. Bulan Ramadhan berganti dengan Idul Fitri, tetap saja terasa hambar.”

Subhanallah ...

Ibu adalah gambaran cinta yang sangat luar biasa, satu kata yang penuh keajaiban. Saat mengandung, melahirkan, merawat, dan membesarkan, rasanya rasa cinta itu tak pernah berkurang, dan keajaiban-keajaiban itu senantiasa ada dan terus bertambah.

Tiap kali bicara tentang Ibu, hati saya terenyuh. Pikiran saya langsung tertuju pada sosok Mama, wanita yang sangat saya sayang. Kalau dipinta berkisah tentangnya via tulisan, saya masih mampu. Tapi ketika diminta berkisah secara lisan, entah mengapa saya selalu beruraian air mata. Saya merasa belum menjadi anak yang membanggakan beliau. Saya malu ... sedih dan merasa jadi anak yang tidak berguna. Mungkin itu sebabnya saya gagal di wawancara akhir kelulusan bidan RS Dr Soetomo, sebab saya diminta berkisah tentang keluarga dan saya tidak bisa membendung air mata. Saya teringat Mama, bagaimana berat hidup dan ketabahan hatinya.

Dulu, saya kurang dekat dengan Mama. Saat remaja, saya banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Saya yang memiliki banyak perbedaan pendapat dengan Mama jadi sering cek-cok, ngambek dan bahkan sering tak saling tegur sapa. Apalagi saat itu saya sudah bisa cari uang sendiri dengan bekerja sampingan sebagai wartawan sekolah. Saya jarang meminta. Karena merasa bisa memenuhi kebutuhan diri sendiri, saya jadi jarang berkomunikasi dengan Mama. Pokoknya saya jadi pembangkang.

Awal dekat dengan Mama, saat kuliah. Mungkin juga karena saya masuk kebidanan, saya jadi tahu bagaimana perjuangan seorang ibu dalam merawat janin, melahirkan dan merawat bayinya. Penuh kasih, sabar dan selalu dengan senyum yang menghiasi wajahnya. 

Intinya ... kasih Ibu sangat indah. Manusia lain tidak akan bisa memberikan cinta setulus cinta Ibu. Sebagai anak, kita juga tak akan bisa membalas segala kebaikan dan pengorbanan Ibu. Karenanya ... saya pernah berujar kalau cinta saya pada Mama hanya sebesar debu. Sebab walau bagaimana pun, tidak akan bisa membalas segala jasanya.


Bersyukurlah bagi yang masih punya Ibu. Berbaktilah ...
Bagi yang sudah kehilangan Ibu, jangan sedih. Doakan Beliau ... Beliau pasti bangga punya anak sholeh/sholekha sepertimu ...
Bagi yang sedang kesal pada Ibu, minta maaflah ... Kalau gengsi, buatkan saya segelas teh hangat dan beri tulisan, “Maafkan aku, Ibu ...”.

Sekali lagi hidup tanpa orangtua itu sungguh sangat tidak mengenakan,
tapi lebih tidak mengenakan lagi ...
punya orangtua namun hanya menyianyiakan mereka,
punya orangtua namun tidak bisa membahagiakan mereka,
punya orang tua namun selalu menyakiti hati mereka,
punya orangtua tapi selalu membuat mereka kesal, marah, dan menangis,
punya orangtua namun lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman,
punya orangtau namun tak pernah membalas kebaikan mereka meskipun hanya dengan kecupan hangat dan ucapan terimakasih,
punya orangtua namun tak pernah mendoakan mereka,
punya orangtua namun tidak bisa
membuat dirinya masuk ke dalam surga.

Kawan, jika belum bisa membahagiakan,
minimal jangan buat mereka bersedih!
Jika belum bisa memberi uang, minimal jangan menjadi beban!
Jika belum bisa mengukir senyum,
minimal jangan buat mereka menangis!

Kawan, sesuatu yang berharga kadang baru terasa saat ia telah tiada.
Jangan sampai kesadaran itu datang saat mereka telah pergi meninggalkanmu.
Selamanya!


Silakan unduh E-Book @SenyumSyukur yang berjudul Ibu dan CintaSebuah Persembahan Cinta di blog www.senyumsyukurbahagia.blogspot.com
Semoga menjadi pribadi yang lebih baik lagi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*