Hutan Magrove Surabaya

Obyek wisata Surabaya mana saja? Masjid Ampel, Jembatan Merah, Taman Ria Kenjeran alias Ken-Park, taman kota, kebun binatang, Tugu Pahlwan, mall, lalu?

Kota Pahlawan selalu terkenal dengan ‘panas’nya, padahal di sini sejuk loh, kalau hati ‘sejuk’. :p Saya sering main ke berbagai taman di tengah kota, taman prestasi, taman lansia, taman buah, taman flora, taman flores dan banyak lainnya. Hingga suatu hari saya mencoba 'blusuk' Hutan Magrove Surabaya Timur. Percaya di sini ada obyek wisata demikian?


Brosur dan Tiket

Wisata Anyar Mangrove(WAM) terletak di kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya), tepatnya di RW VII Kecamatan Gunung Anyar. Pas di tepi Selat Madura. Daerahnya merupakan bentang alam yang datar dengan kemiringan 0-3%. Kalau mau bertanya, "Panas tidak?" Jawabnya ... JELAS, tapi seru!





Harga tiket masuknya Rp. 25.000,- per orang. Nanti kita dibawa naik perahu hingga ke ujung dermaga, melihat samudra dari dekat. Katanya juga ada buaya, tapi rahasia. Ssst, jangan bilang siapa-siapa ya? Gratis juga bisa, cuma bayar parkir Rp. 2.000,-. Nanti bisa menjelajah sendiri mengikuti jalan setapak berpapan.


Perahu plus petugas keamanan & penyelamatan

Saya memilih naik perahu. Untuk pertama kalinya menyusuri sungai yang langsung bertemu laut. Wow, rasanya asyik! Di kanan kiri kami melihat bakau dan para hewan penghuninya. Juga mencari para buaya, siapa tahu menyamar menjadi kayu.

Ada sekawanan burung kuntul di sebelah kiri, yang putih-putih Di kanan hanya hutan bakau minim penghuni, kalau beruntung melihat sang kera Selamat datang di pintu masuk samudra, itu pos yang bisa dikunjungi Senangnya bisa mengelilingi hutan bakau dan naik turun pos. Ada 2 pos, milik kepolisian dan pertamina. Yang pertamina bertingkat, banyak yang suka menikmati semilir angin dari sana. Terbuat dari bambu, memberi suasana berbeda. Di kota, saya bertemu gedung tingkat berbeton, di sini serba bambu, bak terlempar ke masa lalu.
Pos Pertamina, mungkin yang bangun emang Pertamina Pemandangan dari menara Pos Pertamina


Hutan ini indah. Sayangnya banyak sampah. Entah pengelola sengaja membiarkannya atau belum ada waktu membersihkannya. Hingga hewan yang habitatnya di kawasan ini jarang terlihat. Hanya ada ikan pembersih kaca yang sibuk menggerakkan badannya demi kembali ke air payau. Atau burung kuntul yang bergerombol dan enggan menampakkan keindahan bulu putihnya. Juga kera yang baru saya temui hanya seekor.

Keasyikan foto-foto --walau ternyata gak ada hasil yang memuaskan :D-- sampai gak nyadar kalau tertinggal perahu untuk balik ke dermaga. Mampus, pulang pakai apa, nih? Hingga akhirnya solusi ditemukan setelah mengobrol dengan Pak Pemancing, "Lewati jalan tepi sungai ini aja, nanti bertemu jalan pakai papan. Romantis kok .."

Romantis, rokok mangan gratis be'e :D

Daripada bengong macam sapi ompong akhirnya terpaksa jalan aja sesuai arahan. Melewati pinggiran tambak, tambak dan tambak. Terik menyengat, keringat bercampur uap air laut ditambah gigitan nyamuk rawa membuatku semakin sering garuk-garuk. Mirip yang bergelantungan di magrove. Agak muak mengingat diri ini yang kian 'buleng' dan gak feminim sama sekali. Bener sih pakai alas kaki tumit tinggi, tapi jalannya gak ada lenggak-lenggoknya. Tap tap tap, langkahku panjang-panjang biar cepat sampai. Panas, panas, lapaaar :D

Ah, di masa seperti ini jadi teringat Cinderella yang menenteng sepatu kacanya. Saya pun Cinderella, tetapi tetap memakai sandal. Bayangkan kalau saya melepas sandal, Saudara-saudara ... Apakah yang terjadi? Tentu telapak kaki penuh lumpur tambak! Dan itu ... gak kece. Image anggun Cinderella runyam. Tidak! Saya tidak mau merusak nama baik tokoh cantik itu dalam sejarah, TIDAAAK!
Setelah setengah jam, akhirnya terlihat segerombolan remaja. Alhamdulillah, sampai juga.



Kalau ngebayangin ternyata tadi itu nyasar, gimana ya? Di mana-mana tambak, makannya masa bandeng mentah? Terus au ecut soalnya gak ganti baju beberapa hari. Terus lama-lama kurus kering kalau gak busung lapar. Sampai ada wartawan yang wawancarai kita, 'Kok bisa nyasar di konservasi magrove?' Syukur deh gak sia-sia jalan jauh gini.


 
Tapi ternyata ... perjalanan masih jauh, benar-benar kaki diminta berjalan. Kembali melewati jalan setapak berpapan, walau di kanan-kiri banyak kawan. Namun gerimis datang tanpa diundang, mencoba membuang letih yang menyerang.

Walau badai menghadang..
kutetap berjalan agar tidak nyasar...
*pakai nada lagu Ada Band



Oh iya, kalau diminta memberi tahu letaknya, saya susah menjelaskan. Berikut saya beri peta menuju ke sana. Entah apakah kalian mengerti atau bertambah bingung. :p
Lokasi WAM dari Arah Kampus UPN 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*