NonFiksi: "Jangan Lukai Hati Ibumu,"

Judul: Jangan Lukai Hati Ibumu, figur ibu teladan dalam sejarah Islam
Penulis: Achmad Suparno
Penerbit: Erlangga
Terbitan: 1, 2013
Tebal: 166 halaman
ISBN: 978-602-241-337-0

Dari Abu Hurairah RA, ia menceritakan, suatu hari ada seorang yang datang kepada Nabi Muhammad SAW seraya bertanya: "Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?"

Rasulullah menjawab: "Ibumu!"

Orang itu bertanya lagi: "Lalu siapa?"

"Ibumu!" jawab Beliau.

"Lalu siapa lagi, ya Rasulullah?" tanya orang itu.

Beliaupun menjawab "Ibumu!"

Selanjutnya orang itu bertanya lagi: "Lalu siapa?"

Beliau menjawab: "Ayahmu." (Muttafaqun ‘Alaih)


Ada sebuah kisah di masa Rasulullah SAW yang dapat menginspirasi kita semua. Suatu kali Ibnu ‘Umar melihat seorang laki-laki sedang melakukan thawaf sambil menggendong ibunya di pundak. Sejurus kemudian laki-laki itu berkata, “Wahai Ibnu ‘Umar, apakah dengan cara ini aku telah dapat membalas kebaikan ibuku?”

Ibnu ‘Umar kemudian menjawab, “Engkau belum dapat membalas kebaikan ibumu walaupun sedikit saja. Namun engkau telah berbuat baik (dengan menggendongnya). Demi Allah, engkau akan mendapatkan pahala berlimpah atas kebaikanmu yang sedikit ini.”

Jasa ibu begitu besar. Ia mengandung kita, bersusah payah melahirkan dengan bertaruh nyawa. Pun mau menyusui dan merawat buah hatinya walau kantuk menyerang. Belum lagi mencuci kotoran kita dengan tangannya, juga selalu mengutamakan kebutuhan anaknya daripada kebutuhannya sendiri.

Buku ini berisi 16 kisah tentang bagaimana pengorbanan ibu, penyesalan anak yang tidak bisa membahagiakan hati ibunya, serta beragam kisah lainnya tentang sosok ibu dan anak. Banyak sekali hikmah yang didapat di dalamnya, bahwa ibu ialah motivator terbaik serta guru yang paling sejati. Ketulusan kasih sayang ibu begitu besar, hingga setiap anak wajib berbakti kepada orang tuanya (terutama ibu) serta dilarang menyakiti hatinya.

Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan orang tua. 
Murka Allah pun terletak pada kemurkaan kedua orang tua.” 
(HR Al Hakim)

Bukan hanya kisah di zaman Rasulullah yang disajikan, ada juga hikmah kisah berupa poin yang bisa kita renungkan dan juga cantuman firman Allah SWT serta hadits yang bak hidayah bagi pembacanya.

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibu maupun bapaknya. Ibunya mengandung dengan susah payah dan melahirkan dengan susah payah (juga). Ibunya mengandung hingga menyapihnya selama tiga puluh bulan ...” (QS Al Ahqaf ayat 15)

Meski demikian, tidak semua ibu merupakan sosok yang sempurna, karena manusia tentunya punya salah. Seperti pada “Ketika Hidayah Mengetuk Hati Sang Ibu”, dikisahkan bahwa sikap ibu Abu Hurairah RA seringkali membuatnya menangis. Pernah suatu kali sang ibu menghina Rasulullah SAW. Kemudian Abu Hurairah mengadu pada Rasulullah SAW.

“Ya Rasulullah, tolonglah doakan ibuku agar ia mau memeluk Islam.”

Rasulullah pun menuruti. Dan tanpa disangka-sangka saat Abu Hurairah RA kembali ke rumahnya, sang ibu melafalkan 2 kalimat syahadat. Subhanallah ...

“Belum beriman salah seorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orangtuanya, anaknya dan semua manusia.” (HR Bukhori dan Muslim)

Sebelumnya, Rasulullah SAW pernah menanyai Abu Hurairah RA, “Siapakah namamu?”

“Abdu Syams.”

“Bukankah namamu adalah Abdur Rahman?”

Abu Hurairah RA menyetujuinya, “Demi Allah, Anda benar. Nama saya ‘Abdur Rahman’, wahai Rasulullah!”

Di akhir kisah, dituliskan hikmah bahwa ada hak untuk anak, yakni : diberi nama yang baik, dididik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik. Selain itu ada juga pepatah yang mengatakan bahwa nama adalah sebuah doa yang diharapkan oleh orang tua kelak terwujud di kemudian hari untuk kehidupan anaknya.

Buku ini benar-benar membuka mata hati pembaca. Ada air mata yang terurai, senyum simpul serta lantunan pujian pada Allah, Sang Maha Segala. Semoga setelah membaca kisah-kisah di dalamnya, kita akan lebih sayang dan kian berbakti pada orang tua, terutama ibu.

Suhaili meriwayatkan dari ayahnya dan dari Abu Hurairah RA di mana Rasulullah SAW besabda, “Merugilah ia ... merugilah ia ... merugilah ia ...”

Para sahabat bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?”

Merugilah orang yang hidup bersama kedua oranguanya 
atau salah satunya saat mereka tua renta, 
namun malah menyebabkannya tidak masuk surga” 
(HR Muslim)

Naudzubillah ...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*