Novel "Oda Nobunaga"

Judul: Oda Nobunaga, sang penakluk dari Owari
Penulis: Sohachi Yamaoka
Penerjemah: Ribeka Ota
Penerbit: Kansha Publishing
Terbitan: 1, 2013
Tebal: 463 halaman
ISBN: 978-602-17981-1-5

Oda Nobunaga berusia 15 tahun dan telah menjadi penguasa Kastel Nagoya. Namun, tingkahnya yang kasar dan urakan membuatnya dijuluki si Bodoh dan tidak disukai para petinggi klan Oda. Mereka menginginkan Nobuyuki, adiknya, yang menjadi ketua klan dan mau tidak mau Oda Nobunaga harus disingkirkan.

Di balik tingkahnya yang urakan, Oda Nobunaga menyimpan kecerdasan dan ambisi untuk mempersatukan Jepang di bawah kepemimpinannya.

Buku pertama ini mengisahkan masa remaja Oda Nobunaga, pertemanannya dengan Tokugawa Ieyasu, kisah cintanya dengan Putri Noh, serta bagaimana dia mengatur strategi untuk menghadapi para penantangnya.


Kadangkala ... jenius itu beda tipis dengan idiot. Bahasa halusnya ... bodoh.

Mungkin anggapan demikian pantas ditujukan pada Oda Nobunaga. Ia yang merupakan Tuan Muda Kipposhi melakukan berbagai hal yang sangat berbad dengan orang lainnya. Terlalu aktif, hingga dikatakan sebagai anak aneh. Padahal Nobuhide, ayahnya, terkenal bijaksana. Sedangkan ibunya yang berasal dari klan Dota juga terkenal kecerdasannya. Banyak orang yang meragukan apakah bisa bocah sepertinya menjadi pemimpin di masa mendatang?

Bocah dengan rambut seperti pengaduk teh itu pernah memimpin pertandingan sumo anak-anak perempuan. Dengan angkuh, dia berkata, “Saat ini masa peperangan. Walau perempuan, kalian harus kuat. Jangan lupa, pemenang hari ini akan kujadikan selir. Untuk melahirkan anak yang kuat, ibunya harus kuat, jangan cengeng!”

Kalau direnungkan, kata-kata tersebut benar maksudnya walau caranya berbeda. Namun ternyata belum banyak yang mengerti maksudnya, hingga utusan dari Negeri Mino menganggapnya benar-benar bodoh. Hirate, pengasuh Oda Nobunaga sejak kecil, bahkan tidak yakin apakah penguasa Negeri Mino masih berminat mengangkatnya menjadi menantu. Yang diragukan malah tertawa, ia yakin caranya benar dan berani bertaruh kepala kalau sampai pernikahannya batal.

Benar saja. Akhirnya Oda Nobunaga menikah dengan Putri Noh, anak Mamushi, penguasa Negeri Mino. Awalnya bertujuan agar bisa mengikat dua negeri, Owari dan Mino. Namun siapa sangka hal tersebut ialah taktik Mamushi agar dapat merebut Owari suatu hari nanti.

Noh yang terkejut pada perkenalan pertama kalinya dengan Nobunaga, merasakan bahwa suaminya bukanlah orang bodoh. Ia cerdas, bahkan selanjutnya Noh pula yang menjadi tempat Nobunaga untuk berdiskusi tentang banyak hal. Noh kerap memuji Nobunaga dalam surat yang ia kirimkan pada ayahnya, hal yang membuat Mamushi makin geram hingga akhirnya mengundang Nobunaga. Burukkah penyambutannya?

Begitu banyak konflik dio dalam klan Oda. Salah satunya Nobuhide yang terus didesak agar Nobuyuki yang menjadi penerusnya. Juga berbagai dilema budak cinta yang memakan banyak jiwa. Perselingkuhan Kariha, salah satunya.



Saya suka dengan karakter Oda Nobunaga. Ia sosok yang ceplas-ceplos, tetapi tiap kalimatnya juga mengandung banyak teka-teki. Seperti ketika ia mengirimi surat pada selir ayahnya yang termuda, Nyonya Iwamuro. Sempat membuat desa-desus yang tak mengenakkan, padahal sejatinya hanyalah peringatan untuk sang Ayah. Juga tentang pembakaran di Kiyosu yang hanya dapat ditebak artinya dengan tepat oleh Putri Noh, belahan jiwanya.

Namun sayang, ia baru bisa berubah saat Hirate melakukan bunuh diri. Ia merasa lebih bersedih atas kematian pengasuhnya daripada sang ayah. Ia sudah mengenal keburukan ayahnya yang sering ia peringatkan namun tak diindahkan, sedangkan Hirate dikenalnya sebagai sosok yang berpikiran panjang. Di balik perubahannya, Putri Noh merasa terganggu dan malah ingin Nobunaga terus menjadi suaminya yang suka mengupil sambil berbaring di lantai.

Segala hal memiliki 2 sisi, baik dan buruk. Seperti pada novel ini, terlalu banyak tokoh dan tempat yang ditampilkan membantu pembaca dalam membayangkan bagaimana keadaan Jepang di tahun 1500-an Masehi. Tapi juga bingung sehingga harus dibaca secara perlahan dan seksama. Di dalam novel setebal ini tidak terlalu banyak kosa kata bertele-tele yang dipakai, sesuai dengan gaya Nobunaga yang to the point sehingga dapat dirinci bagaimana kehidupannya hingga usia 22 tahun.

Alur maju yang ditampilkan, dengan sudut pandang orang ketiga memudahkan pembaca dalam memahami dan ikut menebak bagaimana arti dari siasat yang dilontarkan Nobunaga. Juga ikut was-was merasakan taktik lawan yang juga tak kalah pintar.  Pipi pembaca ikut merona akibat rayuan Nobunaga yang manis, walau tidak segombal para perayu ulung. Ia memiliki cara tersendiri dalam merengkuh jati sang istri, juga menarik hati mertuanya.

Hanya sedikit catatan kaki yang digunakan. Kebanyakan istilah langsung dijelaskan pada kalimat setelahnya. Misalnya seppuku, yakni bunuh diri dengan mengiris perutnya secara bersilangan. Tapi juga ada yang terselip, seperti istilah naginata yang tidak ada penjelasannya.

Oda Nobunaga benar-benar sosok yang cerdik. Di usia yang belia, ia sanggup membuktikan bahwa ia mampu menjadi penerus ayahnya. Begitu banyak penentang, tapi ia tak gentar. Novel ini benra-benar mengupas habis tokoh paling kotroversial dalam sejarah Jepang. Menakjubkan!

Lalu apakah benar ia mampu menaklukkan Owari? Lalu bagaimana akhir dari pemberontakan yang tragis? Benarkah hanya Putri Noh satu-satunya cinta di hati, tak berminatkah Nibunaga mengambil selir? Jawaban lengkapnya ada di dalam buku Oda Nobunaga ke-2.

“Kenapa aku bisa begini sayang pada Tuan? 
Padahal orangnya aneh sekali ...”

Putri Noh




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*