Cerita Persalinan Normal 3900Gram



Setiap persalinan selalu memiliki kisah. Hingga detik ini, saya masih tak percaya bahwa bisa melahirkan bayi yang sebegitu besarnya. Bayi besar, dulu 2 kata ini menjadi ketakutan tersendiri. Partus macet atau kemacetan selama persalinan bisa saja terjadi, hal yang mengancam jiwa ibu dan bayi. Karena itu bila ada indikasi kasus bayi besar, sebagian besar mengambil langkah operasi sesar.


Bagi saya, operasi sesar (sectio caesaria / SC) juga memberi momok yang menakutkan. Walau saya petugas kesehatan, membayangkan terbaring dalam ruang operasi membangkitkan bulu kuduk. Apalagi bila obat bius (anastesi) yang dipakai adalah bius total (general anastesy), takutnya tidak bisa tersadar kembali. Iyah maaf...saya paranoid.

Karena kedua hal inilah...selama hamil saya berdoa agar bisa melahirkan secara normal, sehat dan selamat. Saya sangat mewanti-wanti diri jangan sampai janin dalam kandungan melebihi 3 Kg. Khawatir tidak kuat mengejan dan berujung dirujuk ke rumah sakit (RS). Padahal saya ingin melahirkan di praktek bidan saja, agar bisa ditunggui suami dan Mama. Kalau di RS...mana boleh?

Pada bulan-bulan akhir kehamilan, saya rutin cek kondisi janin lewat ultrasonografi (USG). Tujuannya selain memastikan bagian terendah janin tetaplah kepala agar bisa bersalin secara normal, juga mengecek tafsiran berat badan janin. Patokan saya:: jangan sampai lebih dari 3 Kg. Dengan demikian, saya jadi bisa mengontrol pasokan gizi agar tidak berlebih.

Baca juga:: Tempat USG Kandungan Murah di Sidoarjo 

Pada 2 minggu sebelum bersalin, tafsiran berat badan janin di kandungan saya sudah 2800 gram. Sejak itu, saya mulai diet kurangi nasi tapi tambah sayur dan buah. Saya sama sekali tidak mau minum yang manis-manis, meski es sirup sangat menggoda di siang yang terik. Juga tidak lagi mengkonsumsi susu dan kurangi camilan agar tidak menumpuk banyak lemak.

Sehari sebelum bersalin, saya juga mengecek berapa tafsiran berat janin. Ternyata katanya 2900 gram. Saat itu saya sangat bersyukur, setidaknya kalau ada selisih biasanya hanya 200 - 300 gram. Aman! Saya makin percaya diri melahirkan di rumah bidan.

Tapi ternyata... Saat lahir berat bayi saya 3900 gram!

Baca juga:: Hikmah Kesalahan Hasil USG 

Persalinan saya berjalan cepat. Dimulai dari pecahnya ketuban ketika saya bangun tidur, Minggu subuh, 4 Desember 2017 kemarin. Saat itu sama sekali tidak ada kontraksi atau perut kencang-kencang. Tidak ada mules. Juga tidak ada darah yang keluar dari jalan lahir.

Karena sudah ada ketuban yang keluar dan takut habis (Ketuban Pecah Dini / KPD), saya diantar suami dan kedua orang tua saya, segera ke rumah bidan. Kebetulan saat itu orang tua saya rencananya mau pulang subuh itu juga ke Pasuruan, tapi batal melihat saya yang sudah keluar ketuban. Kok tiba-tiba, ya? Apa ini efek Alinamin F yang saya komsumsi selama 3 hari?

Baca juga:: Guna Alinamin F untuk Menambah Kontraksi? 

Setiba di rumah bidan jam 6 pagi, ternyata sudah buka 2 tipis. Setelah diperiksa menggunakan kertas laksmus, kertas pink berubah jadi ungu, memang benar cairan yang keluar adalah ketuban. Walau belum muncul perut yang makin sering kencang-kencang, tapi adanya pembukaan dan ketuban yang pecah sudah merupakan tanda-tanda persalinan. Bidan pun menyarankan saya bedrest sambil menunggu pertambahan pembukaan jalan lahir. Juga diberi suntikan antibiotik karena ketuban yang pecah duluan. Biar tidak infeksi.

Setelah pindah di ruangan, saya lanjutkan minum Alinamin F. Harapan saya agar kontraksi timbul dan makin hebat. Dengan demikian, persalinan dapat semakin cepat terjadi. Tapi efek Alinamin F berbeda-beda pada tiap individu. Jadi saya hanya berusaha dan berharap.


Sampai jam 9 pagi, perut saya memang kencang-kencang tapi masih belum sakit. Kata orang-orang kan kalau mau lahiran itu sakiiit banget. Teringat para pasien yang pernah saya tolong persalinannya, juga pada heboh gitu saat kontraksi, padahal baru bukaan 1. Sampai teriak-teriak.

Saya jadi makin harap-harap cemas...masa sih Alinamin F gak ngefek? Saat itu saya masih bisa bolak-balik ke kamar mandi sendirian.

Tapi baru saja mbatin, 15 menit kemudian saya mulai merasakan adanya rasa sakit. Rasanya seperti dilepen, istilah nyeri kala haid. Makin lama makin sakit, keringat dingin saya sampai bercucuran.

Badan jadi terasa aneh. Panas dingin meriang rasanya. Saya minta Abi (ayah saya) mematikan kipas angin. Mama yang mengelap keringat, saya minta berhenti karena badan saya rasanya sakit sekali kalau tersentuh.

Perut bagian bawah rasanya seperti tertusuk-tusuk. Saya sampai tidak bisa berkata-kata karena menahan sakit. Satu-satunya cara kurangi nyeri hanyalah tarik nafas dalam sambil menyebut nama Allah, berharap janin segera lahir dan rasa sakit menghilang.

Jam 10 pagi, saya merasakan dorongan ingin mengejan. Padahal saya tidak ingin, tapi seperti mengejan sendiri. Di sini saya teringat para pasien yang pernah saya tolong persalinannya, ternyata memang benar dorongan ingin mengejan itu tidak bisa ditahan. Saya lalu meminta Mama agar dipanggilkan bidan biar pembukaan saya diperiksa.

Pembukaan ternyata lengkap, 10 cm. Saya diminta pindah ke ruang bersalin. Dengan bantuan kursi roda, saya pun berpindah tiduran di atas bed ruang bersalin. Dengan didampingi Mama, saya mengejan. Mas Bos (suami) saat itu dalam perjalanan ke rumah bidan. Sebelumnya setelah tahu pembukaan masih 2, saya minta dia tetap masuk kerja. Saya pikir persalinan masih lama terjadi.

Rasanya mengejan itu sama seperti buang air besar. Maaf... Tapi rasanya memang demikian. Dengan disemangati Mama, saya berkali-kali mengenjan sekuat-kuatnya saat kontraksi datang. Di sela gelombang cinta tersebut, Mama memberikan minum berupa air zam-zam.

Hingga jam 10.30 saya mendengar tangisan bayi. Alhamdulillah bayi saya lahir. Selagi tali pusat belum terpotong, saya minta Mama merekam si Dedek agar saya bisa melihat proses pemotongan tali pusatnya. Begitu melihatnya...Wow! Tali pusat Dedek besar sekali! Sepertinya dia jauh lebih besar dari tafsiran berat janinnya.

"Beratnya 3900 gram, Bu," kata asisten bidan setelah membersihkan lalu menimbang berat badannya.


Saya terkejut, dan bersyukur dapat melahirkannya. Dedek lalu diletakkan di atas dada saya agar bisa melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Uh berat! Saat inilah saya percaya bahwa beratnya benar-benar di atas 3 Kg.

Setelan suntikan oksitosin penambah kontraksi rahim diberikan, plasenta pun keluar dengan lancar. Saya kemudian menanyakan bagaimana luka jalan lahir (laserasi) yang saya dapat. Banyakkah? Kalau banyak, wajar sekali. Dan itu pasti.

Bidan tersenyum. Mama yang menjawab bahwa tadi dilakukan episiotomi, pengguntingan jalan lahir. Saya maklum. Bayi sebesar ini tidak bisa lahir bila episiotomi tidak dilakukan, mengingat ini persalinan perdana saya. Syukur alhamdulillah juga tidak terjadi macet bahu, karena ukuran bayi yang besar.

Episiotomi lebih baik daripada sobek (ruptur) tidak beraturan. Penjahitannya juga lebih mudah, hasilnya pun rapi. Bius lokal berupa lidokain disuntikkan saat penjahitan akan dilakukan. Rasanya area jalan lahir terasa kaku, lalu mati rasa. Penjahitan pun tidak terasa sakit sama sekali. Apalagi dibarengi dengan mengobrol, rasa sakit teralihkan.

Alhamdulillah...
Perdarahan juga tidak terjadi. Pada kasus bayi besar, biasanya perdarahan terjadi karena kontraksi rahim (uterus) pasca melahirkan yang kurang optimal. Pun karena kondisi ibu yang lemah. Kebetulan juga saat itu saya telah dipasang infus dengan cairan ringer laktat (RL) yang menggantung, mengingat saya sempat berkeringat dingin saat pembukaan lengkap.

Mendapat anugerah persalinan lancar semacam ini membuat saya sangat bersyukur. Allah Maha Baik. Padahal awalnya saya pesimis entah bisa melahirkan normal atau tidak kalau berat janin di atas 3 Kg. Juga harap-harap cemas selalu karena tidak kunjung datang kontraksi palsu yang seperti orang-orang rasakan.

Yang penting positive thinking, niat dan percaya bisa melahirkan secara normal. Percaya pada Kuasa Allah. Percaya bahwa Allah mengabulkan apa yang diminta hambaNya.

Bagi teman-teman yang akan melahirkan, yakinlah bisa melahirkan secara normal, asal tidak ada kondisi patologis (abnormal) yang menyertai.

Semangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*