Pertimbangan dalam Memutuskan untuk Beli atau Sewa Stroller


"Nah kan, rumah jadi sesak. Siapa yang beli ini, ini dan ini?"

Kalau sudah ada ujaran demikian, artinya suami sedang beberes gudang. Sebenarnya bukan gudang dalam arti sesungguhnya sih. Ini adalah kamar kosong yang kami gunakan untuk meletakkan benda-benda yang belum diperlukan dalam waktu dekat. Maksudnya agar rumah jadi lapang, maklum ada balita lelaki yang suka berlarian ke sana ke mari.

Saya langsung menghampiri, "Dulu beli karena ingin jalan-jalan sama Zril, kan?"

Segera saya bersihkan stroller dari debu, lalu menatanya di pojok. Kalau diingat, dulu saya ingin membelinya sebab Mama ingin jalan-jalan dengan cucunya. Beliau tidak bisa menggendong lama-lama sebab ada masalah pada tulang belakang sehingga maunya dorong stroller. Karena itulah saya lekas cari tahu apa saja jenis stroller bayi dan harganya.
  
Memang stroller tersebut jarang terpakai sebab hanya keluar dari tempat penyimpanan saat Mama datang. Kini Zril sudah 2 tahun, pintar jalan kaki sendiri dan berlarian. Digendong pun jarang mau, suka bergandengan tangan lalu jalan kaki berdampingan dengan kami. Stroller akhirnya terpakai beberapa bulan saja.

Keputusan untuk memiliki stroller memang sudah saya diskusikan bersama suami. Namun rupanya kami masih kurang pertimbangan apakah benar kami harus memiliki stroller atau tidak. Bukankah stroller bisa disewa dan tidak perlu memenuhi isi rumah bila tidak lagi digunakan sebab memang harus dikembalikan kepada empunya? Namun tidak semua orang suka menyewa atau meminjam milik orang lain.

Dari pengalaman inilah saya jadi mengerti apa saja pertimbangan yang harus dipikirkan saat memutuskan untuk membeli atau sewa stroller. Di antaranya:

1. Dana

Memiliki buah hati merupakan berkah yang luar biasa. Di samping itu juga ada tanggung jawab besar yang mesti diemban orang tua, yakni merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Karena bertambahnya anggota keluarga, otomatis akan berdampak pada keuangan. Anggaran pemenuhan kebutuhan si kecil kemudian menjadi salah satu yang utama.

Ketika Mama mengutarakan ingin pakai stroller untuk berjalan-jalan dengan Zril, saya agak menyergitkan wajah. Tabungan kami sudah habis terpakai untuk kebutuhan tak terduga: memperbaiki teras agar tidak bahaya bila Zril merangkak hingga ke depan rumah. Melihat respon itu, Mama lalu menawarkan ingin membelikan stroller untuk cucunya. Langsung saya tolak, tak enak merepotkan orang tua.

Setelah Mama pulang, saya langsung mengobrol mengenai hal ini dengan suami. Suami saya mengerti dan menawarkan solusi untuk meminjam uang dari koperasi pabrik tempatnya bekerja agar bisa beli stroller baru untuk Zril. Saya menolak. Lebih baik pakai dana seadanya untuk bisa beli stroller, bekas pun tidak masalah.

Kebetulan sehari setelahnya ternyata ada teman suami yang menawarkan stroller bekas. Sebenarnya baru terpakai sekali, namun karena punya yang baru lagi maka ingin menjual yang lama. Alasannya ukuran stroller lama terlalu besar, maklum dibelikan kakek nenek jadi tidak sesuai keinginan. Akhirnya stroller tersebut kami beli dengan harga miring, dengan dana seadanya yang kami punya. Alhamdulillah.


Saat Mama datang lagi menengok cucunya, beliau bahagia sekali. Bersama Shasa, keponakan saya satu-satunya, Mama berkeliling dengan Zril yang tertidur di dalam stroller. Ah senang sekali bisa membeli stroller dengan dana yang dimiliki. Andai sejak awal sudah menargetkan ingin punya stroller, pasti bisa menabung dan beli stroller baru.

2. Kepemilikan

Sebenarnya kalau dipikir, dana yang minim baiknya dipakai untuk sewa stroller. Harga sewa untuk stroller bermerek seperti iSport, Einhill dan Elle cukup terjangkau dengan kisaran 100 ribuan per hari. Sayangnya kami tidak yakin menyewa sebab pertimbangan status kepemilikannya. Takut rusak, malah jadi membuat orang lain kecewa meski bisa ganti rugi.

Kami merasa memiliki barang sendiri rasanya jauh lebih nyaman. Mau dipakai kemanapun sampai stroller lecet pun, ibaratnya, tidak masalah. Beda dengan bila menyewa, harus hati-hati betul. Lecet sedikit paniknya minta ampun. Apalagi kami pasangan teledor.

Bukan maksudnya kalau punya sendiri jadi memakai stroller seenaknya, karena rusak pun tidak apa. Namun ini lebih ke rasa tanggung jawab dan amanah. Menyewa berarti kami harus benar-benar menjaganya dan ada beban berat yang ditanggung. Lebay ya.

Namun bila BuuIbuu merasa bisa mengembalikan stroller sesuai kondisi awal saat disewa, silakan sewa stroller saja. Karena jujur, lebih hemat dibandingkan beli stroller baru yang harganya ada yang mencapai puluhan juta. Toh pemakaian stroller tidak setiap hari, bisa sewa stroller saat ada rencana plesir agar tidak capai menggendong.

3. Kenangan

Stroller bisa diturunkan, dari kakak ke adik. Kami yang memiliki rencana ingin menambah momongan mempertimbangkan hal ini. Karena itu kami memutuskan beli stroller meski itu stroller bekas. Ada cerita yang bisa diceritakan saat stroller terpakai kembali. Misalnya, "Kakak dulu juga naik stroller ini. Dibawa Amik keliling kampung. Pulangnya tergopoh-gopoh karena ternyata stok ASIp Kakak tidak terbawa padahal Kakak nangis karena haus."


Jika menyewa stroller, maka akan memperoleh stok stroller yang berganti-ganti. Mungkin model stroller-nya sama. Namun yakin deh ada rasa yang beda kalau bisa punya sendiri. Ah ini saya saja yang lebay, kali ya.

4. Praktis

Rumah kami ada di pinggiran Sidoarjo. Sedangkan letak sewa stroller ada di tengah kota. Ini membuat kami malas menyewa sebab harus mengambil ke sana, sekitar setengah perjalanan. Kalau senggang oke lah, tapi suami banyak sibuknya. Tentu tidak akan sempat.

Memanfaatkan jasa ojek online juga akan menambah biaya. Belum lagi tentang keselamatan di jalan. Siapa tahu di jalan stroller malah tergores, tapi akhirnya kami yang tanggung jawab ganti rugi. Ribet!

Mama saya juga suka kasih kejutan datang tiba-tiba. Kalau itu terjadi dan stroller belum disewa, bisa membuat Mama kecewa karena tidak jadi jalan-jalan dengan cucunya. Kami tidak ingin membuat Mama kecewa. Jauh-jauh datang dari luar kota, loh.

Andai rumah kami dekat dengan persewaan stroller tentu pertimbangan sewa stroller jadi lebih besar. Langsung terambil dan tidak pusing dengan stok sewa stroller yang selalu kosong apalagi di musim liburan. Apalagi setelah waktu sewa habis dan stroller dikembalikan, stroller tidak lagi memenuhi rumah. Enaknya begitu sih.

Demikianlah hal-hal yang jadi pertimbangan mengapa akhirnya kami memilih beli stroller meski berupa stroller bekas. Alhamdulillah dapat digunakan dengan baik dan kini tersimpan di salah satu sudut rumah yang tersembunyi. Membaca ini mungkin akan timbul kesan bahwa kami lebay dalam menanggapi hal ini. Eh atau justru ada yang memiliki pertimbangan yang sama? Tos!




9 komentar:

  1. Kami dulu juga beli stroller mba..anak pertama sudah besar, strollernya kami kasih ke adik. Setelah yang kedua beli lagi.. susahnya mwmang karena mengahbiskan tempat yaa

    BalasHapus
  2. Sama sih pertimbangannya, tapi saya lebih memilih enggak beli stroler karena emang belum punya rumah, hehehe. Maklum masih tinggal sama mertua jadi dananya untuk yang lain aja

    BalasHapus
  3. Untuk urusan stroller aku pilih mbak, karena bisa dipakai buat adiknya dan memang begitu adanya. Kalau sewa selama ini blm pernah.

    BalasHapus
  4. Stroller anak saya turun temurun dari anak pertama dan bisa dipakai sampai anak kedua. Pas anak kedua udah mulai gedhe, strollernya kami jual biar gak nyempitin rumah

    BalasHapus
  5. Wah, terima kasih infonya, Mbak. Saya dari kemarin juga lagi menimbang-nimbang beli atau sewa stroller nanti pas anak udah lahir. Memang ada plus minusnya ya. Tapi dicari solusi yg terbaik dari harga dan jangka pemakaiannya.

    Kalau tempat sewanya jauh memang mending beli sih..

    BalasHapus
  6. Saya terus terang agak nyesel beli stroller hahahaha :p
    Soalnya dulu punya anak pertama kok ya maunya punya segalanya, teryata ya kepakainya bentar. Akhirnya pas ada anak kedua memutuskan gak beli kalau gak butuh2 amat :D
    Stroller jg ternyata gk terlalu dibutuhkan kecuali kalau keluarga itu hobi jalan ke mana gtu, mending sewa aja kalau gak terlalu suka bepergian tapi pastikan kondisinya terawat dan bersih

    BalasHapus
  7. Kebetulan dulu baru pake stroller pas anak kedua, itu pun dapat dari kado. Pilihannya memang bisa sewa ataupun beli, tergantung kebutuhan ya.

    BalasHapus
  8. Kalau sewa memang plus minus yaa...kalau seandainya makenya ga apik, yang ada malah ganti rugi.
    Enaknya bisa memiliki barang pribadi dan menjaganya sepenuh hati.

    BalasHapus
  9. waa ternyata stroller juga bisa sewa yaa, aku malah baru tau nih, mungkin karna belum punya anak jga kali ya makanya aku baru tau hihihi, jadinya praktis juga sih kalo sewa ya

    BalasHapus

Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*