Antisipasi Gigi Berlubang pada Anak


Gigi berlubang bukanlah masalah kecil.
Apalagi  bila sang buah hati yang mengalaminya. Di liburan sekolah ini, Shasa sudah 2 kali kehilangan gigi seri, di atas dan bawah. Hal ini sudah kami mengerti akan terjadi sebab sudah beberapa kali saya mengajak Shasa ke dokter gigi agar mendapat perawatan lebih lanjut pada gigi berlubangnya, namun selalu ditolaknya. Sudah saya katakan kalau bisa saja giginya copot kalau terus-menerus berlubang dan dia pun mengira ucapan saya hanyalah gurauan belaka.

Sekarang, di usianya yang baru 7 tahun, Shasa jadi ompong. Untuk menggigit makanan, dia menggunakan gigi taring dan premolar yang  ada di samping kanan dan kiri mulutnya. Tapi meski sudah kehilangan giginya, Shasa tak kapok banyak makan camilan manis dan dingin yang bisa merusak kembali giginya bila malas gosok gigi. Ah namanya juga anak-anak...

Gigi berlubang menimbulkan rasa sakit, tidak nyaman saat makan karena ada sisa makan yang menyelip, nafas jadi tak sedap, hingga yang paling parah bisa menimbulkan kehilangan gigi serta infeksi apabila terjadi luka. Memang kemudian gigi susu pada anak bisa tumbuh kembali, namun bisa berdampak pada proses cerna makanan dan ketidaknyamanannya. Sang buah hati bisa jadi malas makan bila giginya terasa tidak enak. Pun akan kesakitan karena gigi berlubang rasanya bak ada ulat yang menggerogoti di dalamnya.

Pada dasarnya, gigi berlubang bukanlah sesuatu yang instan terjadi. Kerusakan gigi ini berlangsung bertahap yang jika dibiarkan maka akan menjadi lubang besar pada gigi dan memberikan banyak keluhan. Diawali dari menumpuknya bakteri di dalam mulut dan membentuk substansi lengket bernama plak. Plak lalu mengeras dan berubah menjadi karang gigi. Bakteri pada karang gigi lalu mengeluarkan zat asam yang mengkikis bagian gigi bagian luar yang namanya email hingga kemudian timbul titik halus dan lama kelamaan jadi lubang pada gigi.

Sedia payung sebelum hujan, antisipasi lebih baik. Karenanya sebelum terjadi gigi berlubang pada anak, lebih baik lakukan tindakan pencegahan. Cara mudahnya ialah mengurangi memberikan makanan manis seperti permen atau cake yang penuh cokelat atau krim manis. Bila si kecil menyukainya, ajarkan padanya agar segera membersihkan gigi dengan cara menggosoknya memakai pasta gigi. Dengan gigi yang bersih, niscaya plak tidak akan terbentuk dan gigi tidak akan berlubang.

Bersihkan gigi anak sedari dini, sejak awal munculnya gigi susu pertama di usia 6-12 bulan. Cara membersihkannya cukup memakai kapas atau kassa atau kain halus yang sudah dibasahi dengan air matang hangat, lalu digosokkan secara lembut pada gigi anak. Ketika gigi anak sudah banyak, seperti pada anak usia 2 tahun, ajarkan padanya bagaimana cara menggosok gigi yang benar. Caranya dengan memberikan contoh secara nyata, ikut gosok gigi di hadapannya agar si kecil mau menirukannya.

Untuk anak seusia Shasa yang sudah lebih mengerti bila diberitahu, bisa diajak menonton film kartun yang menceritakan tentang pentingnya gosok gigi. Dengan demikian si kecil akan jadi lebih mengerti dan lebih mudah memahami bahwa gosok gigi harus dilakukan minimal 2 kali sehari, pada pagi dan malam hari sebelum tidur. Pun mengajaknya periksa rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Pilih dokter gigi anak yang memberikan fasilitas menyenangkan bagi si kecil, misalnya playground, agar dia mau pergi ke sana dan diperiksa giginya.

Antisipasi gigi berlubang pada anak tergantung bagaimana peran orang tua. Saya 'kecolongan' kasus gigi Shasa karena dia dirawat Mama saya. Namanya Nenek, pasti memanjakan cucunya. Apa-apa dituruti, namun sampai alpa gosok gigi. Semoga pengalaman ini tak terulang pada Zril, adik Shasa. Apalagi sejak giginya copot, Shasa selalu mengajak adiknya untuk gosok gigi. Ini bukti sayang Shasa yang tak ingin adiknya mengalami nasib gigi berlubang sepertinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*