Mitigasi Bencana pada OYPMK dan Penyandang Disabilitas

Melihat berita yang disiarkan di televisi akhir-akhir ini membuat dada membuncah. Bagaimana tidak, berita gempa bumi di Kabupaten Cianjur memakan korban begitu banyak. Bahkan pasca gempa pun masih dilakukan penyisiran pencarian korban jiwa. Pun berita soal para korban gempa yang butuh bantuan, dari pakaian, makanan dan tempat tinggal.


Saya membaca berita bagaimana ada sejumlah kendala saat melakukan evakuasi gempa di Cianjur. Kendala ini muncul dari kondisi di lapangan yang begitu curam, juga karena masih terjadinya hujan dan gempa susulan di kawasan tersebut. Korban gempa tidak hanya anak-anak dan orang-orang tua, tapi pastinya juga ada para penyandang disabilitas dan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK). Bagaimana kondisi mereka ya? Apakah mengalami kekurangan tenda, air dan logistik lainnya? Semoga semua bisa tertangani dengan baik, segala bantuan terdistribusi dengan tepat. Aamiin.


Kebetulan saat memikirkan hal ini, saya mendengar streaming diskusi publik di YouTube. Ada di channel Berita KBR, dengan program Ruang Publik KBR pada Selasa, 29 November 2022 lalu. Dengan host Rizal Wijaya, saya jadi tahu bagaimana penanggulangan bencana inklusif bagi OYPMK dan penyandang Disabilitas. Saat itu dihadirkan Pak Drs. Pangarso Suryotomo sebagai Direktur Direktorat Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang akrab disapa Pak Papang. Ada juga Mas Bejo Riyanto sebagai Koordinator Konsorsium Pelita yang juga penyandang disabilitas terdampak bencana, akrab dipanggil Mas Bejo Joss.


Namanya bencana, tidak ada yang tahu kapan waktu terjadinya, selalu terjadi tiba-tiba. Apalagi kondisi Indonesia yang memiliki banyak gunung berapi dengan perairan luas, bisa terjadi letusan gunung berapi, gempa bumi dan tsunami. Masyarakat harus paham akan kondisi ini, bagaimana resikonya apalagi kita tinggal di Nusantara tercinta ini. Ada enaknya karena memiliki sumber daya alam yang melimpah dengan hasil bumi beraneka rupa, tetapi tidak enaknya ada bencana yang datang sewaktu-waktu.


Seperti yang dikatakan oleh Mas Bejo Joss, bencana itu datang saat kita tidak siap. Beliau juga menceritakan bagaimana gempa datang ketika pintu rumah terkunci, sehingga menyulitkan evakuasi. Padahal sebelum-sebelumnya ketika pintu rumah tak terkunci, malah tidak terjadi apa-apa. Karena itulah Pak Papang mengingatkan kita harus selalu siap akan terjadinya bencana, sehingga bisa mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.


Penanganan bencana itu sama saja untuk semua orang. Terlebih memang bencana alam tidak hanya mendampak non disabilitas, tapi juga disabilitas. Karena itu kemudian muncullah Perka BNPB No. 14/2014 tentang Penanganan, Perlindungan dan Partisipasi Penyandang Disabilitas dalam Penanggulangan Bencana (PB). Indonesia yang telah meratifikasi Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas (Convention on the Rights of Persons with Disabilities) melalui Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 punya prinsip umum konvensi dengan meningkatkan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas termasuk dalam hal aksesibilitas terhadap penyelenggaraan PB. 

"Disabilitas punya 3 hal dalam PB, yakni pertolongan, partisipasi dan perlindungan. Pertolongan merupakan penanganan utama yang diperhatikan," sebut Pak Papang. Namun tentunya para OYPMK dan penyandang disabilitas tidak mau dijadikan obyek, maunya disebut subyek yang juga bisa melibatkan diri dalam penanganan bencana. Teman-teman kita ini tidak mau hanya dikasihani karena mereka punya kemampuan juga dalam menolong sesama, inilah yang namanya partisipasi.


Lanjut Pak Papang, "Bencana menimbulkan kedisabilitasan. Seperti gempa di Bantul beberapa waktu lalu yang kemudian menimbulkan disabilitas pada korban bencananya. Nah karena penyandang disabilitas ini juga berpotensi terjadi double ataupun triple disability pada dirinya oleh karena dampak bencana, maka partisipasi utama yang memungkinkan adalah memberikan perlindungan pada diri sendiri. Kemudian teman-teman OYPMK dan penyandang disabilitas juga bisa mendeteksi kira-kira mana korban yang bisa menjadi penyandang disabilitas baru oleh karena adanya dampak bencana yang terjadi, lalu melakukan pendampingan."


Masalah utama saat penanggulangan bencana ialah data. Alasannya karena data dasar itu begitu penting dalam setiap tahapan dalam penanggulangan bencana. Adanya data-data ini bisa diolah untuk membantu penyusunan rencana dan analisis. Kemudian jumlah populasi, termasuk kelompok rentan yakni para OYPMK dan penyandang disabilitas yang terdampak bahaya bisa dihitung dan diperkirakan dengan tepat sehingga dapat diantisipasi kejadian double ataupun triple disability-nya. Sayangnya data disabilitas ini yang tahu yaa teman-teman penyandang disabilitas itu sendiri, karena yang tercatat selama ini di kantor desa, kecamatan bahkan kabupaten hanyalah data-data umum.

"Kami hanya fokus pada bagaimana stigma tentang kusta ini hilang dan masyarakat menerimanya sebagai penyakit biasa yang bila diobati maka bisa sembuh serta hilang. Sayangnya mitigasi OYPMK belum maksimal, sehingga ini jadi PR bagi saya," ungkap Mas Bejo Joss dalam Diskusi Publik persembahan NLR Indonesia ini. Beliau juga meralat perkataan Pak Papang yang sempat menyebutkan "eks kusta" bagi yang sudah sembuh dari kusta, lebih baik disebut dengan OYPMK saja dan Pak Papang sudah meminta maaf akan hal tersebut. Dalam hal ini Mas Bejo Joss pun menyayangkan bagaimana sikap relawan bencana yang sempat membuat ruang tersendiri bagi OYPMK seakan-akan diisolasi.

Seharusnya informasi akan perkiraan bencana disampaikan terlebih dahulu sebelum terjadinya bencana, sehingga tidak terjadi banyak korban. "Jangankan yang disabilitas, yang tidak disabilitas saja bisa tidak selamat," tutur Mas Bejo Joss. Beliau menceritakan bagaimana edukasi pasca bencana kemudian akhirnya melibatkan OYPMK dan penyandang disabilitas. Kemudian lahirlah DIFAGANA yang merupakan akronim dari Difabel Siaga Bencana.

Pelibatan OYPMK dan penyandang disabilitas dalam kegiatan penanggulangan bencana memang bisa membantu terjaminnya pemenuhan kebutuhan OYPMK dan penyandang disabilitas karena mereka yang lebih tahu apa yang mereka butuhkan. Pun mereka bisa tertolong lebih cepat dan tertanganinya dengan baik di saat dan pasca bencana terjadi. Meski memang benar bahwa melibatkan OYPMK dan penyandang disabilitas dalam mitigasi bencana bukanlah hal yang mudah dilakukan. Tentunya hal ini butuh pengetahuan lebih, kemampuan teknis, serta niat baik dari pihak-pihak yang terlibat.

Hal mudah yang bisa dilakukan OYPMK dan penyandang disabilitas dalam partisipasi mitigasi bencana adalah dengan menumbuhkan pengetahuan akan apa dan bagaimana bencana yang bisa terjadi di lingkungan tempat tinggal. Kemudian sosialisasi akan apa saja kebutuhan khusus teman-teman OYPMK dan penyandang disabilitas sehingga tidak hanya pemangku kepentingan tapi juga masyarakat lebih mengerti akan hal ini. Jadi lewat aneka kegiatan pelatihan, sosialisasi, serta pendidikan maka diharapkan sekali masyarakat bisa lebih menerima OYPMK dan penyandang disabilitas dalam  
kehidupan sehari-hari, dan bisa lebih memerhatikan mereka saat penanggulangan bencana.


22 komentar:

  1. Nah bener banget mbak, emang data yang valid itu sangat dibutuhkan, bahkan dalam penanganan saat bencana seperti ini. Jika ada data valid berapa jumlah OYPMK dan penyandang disabilitas dalam satu kampung/desa, tentu para relawan bisa mengambil tindakan dengan tepat

    BalasHapus
  2. jadi ada DIFAGANA ya mba, aku baru tau itu ada..perlu banget, mitigasi plan. Apalagi buat disabilitas ya mba, data detail kudunya. Aku jadi bayangin menjadi disabilitas saat terkena bencana, ya Allah, Semoga mereka selalu di lindungi Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mbak..aku juga baru tau tentang difagana ini. Bagi kita yg able saja, kondisi bencana sudah merupakan kesulitan tersendiri. apalagi bagi difabel. Terlebih difabel oypmk masih lekat dengan stigma. Semoga para difabel yang terkena bencana tidak terlambat mendapat pertolongan

      Hapus
  3. Setiap orang bisa menjadi korban bencana alam termasuk OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) dan penyandangan disabiltas. Meski BPNB sudah punya rencana mitigasi bagi kelompok disabilitas, namun dalam pelaksanaannya tetap perlu pengawasan dari berbagai pihak.

    BalasHapus
  4. Iya ya, saat benaca terjadi teman-teman disabilitas sering kurang diperhatikan. Apalagi data disabilitas ini yang tahu teman-teman penyandang disabilitas itu sendiri, karena yang tercatat selama ini di kantor desa, kecamatan bahkan kabupaten hanyalah data-data umum. Smeoga dengan sosialisasi seperti ini makin meluas informasinya

    BalasHapus
  5. Semua berhak mendapat informasi apapun. Termasuk soal kebencanaan wajib juga ilmunya diperoleh oleh disabilitas. Semoga makin banyak yang memahaminya ya mba

    BalasHapus
  6. Semoga musibah segera berlalu, para OYPMK bisa menjalani kehidupan sehari-hari yang nyaman bersama warga lainnya.

    BalasHapus
  7. Sedih banget lho mba kalau lihat berita Cianjur itu ya. Aku juga ngga kepikiran kalau temen2 disabilitas malah ada kemungkinan menjadi double atau ,alah triple disability.
    Semoga ke depannya mitigasi OYPMK bisa lebih maksimal juga ya.

    BalasHapus
  8. Banyak berita mengenai bencana Cianjur ini ya..
    Dan semoga ada jalan yang terbaik dan teratasi dengan baik pula terutama bagi para OYPMK dan penyandang disabilitas yang mendapatkan keadilan yang sama.

    BalasHapus
  9. Sedih tadi sore gempa lagi di garut selatan tapi....semoga sobat kita penyandang disabilitas dan OYPMK di daerah gempa di.tolong oleh masyarakat sekitarnya.

    BalasHapus
  10. Ketika bencana seperti ini baru terasa pentingnya pencegahan, pelatihan ketika ada bencana harus bagaimana supaya bisa cepat penanganan.

    BalasHapus
  11. Aku setuju nih, edukasi seperti ini harus sering juga diberikan agar penyandang disabilitas dan OYPMK juga dapat bekal tentang mitigasi bencana ya mak.

    BalasHapus
  12. Ah iya yah. Kalau ada bencana, yang kena semua, mau normal atau disabilitas. Pengetahuan dan mitigasi bencana penting buat semua. Jadi bisa berjaga-jaga, tahu bagaimana menyelamatkan diri

    BalasHapus
  13. Bener juga ya..saya kok gak terpikirkan yaa. Padahal, mereka pun butuh edukasi soal mitigasi bencana. Lah kita aja, belum banyak yang tahu tentang hal tersebut. Padahal kita tinggal di Indonesia yang terkenal sebagai salah satu daerah yang rawan bencana.

    BalasHapus
  14. Nah ya seringnya data yang ada di kantor2 pejibit kelurahan/ kecamatan gak detail ya mbak.
    Setuju sekali perlu diperbaiki dan dibikin lebih detail sehingga tau jumlah pastinya sehingga kalau amit2 ada bencana cepat melacaknay, cepat kasi bantuan jg yaa.

    BalasHapus
  15. Waah iya, lagi musim bencana alam gini kepikiran juga sama para OYPMK dan penyandang disabilitas. Semoga makin banyak info mitigasi bencana yang didapatkan secara merata untuk kita semua tak terkecuali OYPMK dan disabilitas.

    BalasHapus
  16. Nah ini yang sering kepikiran, gimana sih disabilitas saat ada bencana. Kita aja yang normal sering kali panik dan bingung dengan apa yang harus dilakukan saat bencana. Padahal mungkin kita udah pernah baca caranya. Apalagi disabilitas ya. Alhamdulillah ya ada yang peduli dengan ini. Semoga semakin sering nih sosialisasinya. Supaya semua orang bisa selamat saat ada bencana. Dan semoga juga keadaan bisa kembali aman, dan tak ada lagi bencana. Minimal tak ada kerusakan dan juga korban jiwa.

    BalasHapus
  17. Bener juga ya, mitigasi penanganan bencana gini harus bisa menyeluruh, segala lapisan masyarakat harus terjangkau, termasuk teman-teman OYPMK dan penyandang disabilitas lainnya.

    BalasHapus
  18. Duuuuh aku bacanya miris banget :(
    selama ini kan kalau bencana mikirnya - ya oke udah ada yang tangani, lah kalau disabilitas? semoga bisa tertangani juga ya mbak

    BalasHapus
  19. Nah, ini dia mbak kadang kalau ada bencana alam gak pernah mikir akan ada korban penyandang disabilitas dan OYPMK jadi memang perlu banget informasi yang diberikan pada mereka dan warga sekitar

    BalasHapus
  20. perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini dan makin memicu bencana hidrometeorologi memang harus ditindaklanjuti dengan edusi mitigasi bencana seperti ini ya Mba, terlebih bagi penyandang disabilitas.

    BalasHapus
  21. Mitigasi bencana wajib banget asli diketahui oleh semua orang, bahkan anak-anak sejak diri perlu memahami karena kita tidak tahu musibah kapan terjadi, termasuk penyandang disabilitas dan OYPMK ini

    BalasHapus

Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*