FOBoekoe si Toko Buku Murah


Saya bukan maniak buku, sekedar penikmat dan peresensi buku. Kebanyakan buku yang saya punya adalah hadiah dari beberapa orang dan kuis yang saya ikuti. Saya jarang sekali membeli buku. Lucunya ... saya mendadak pusing ketika masuk toko buku. Bingung, mau beli apa. Karenanya, saya lebih menyukai membeli di toko buku online. Selain lebih efisien karena tinggal pilih buku, transfer uang dan menunggu buku datang ke rumah, membeli buku secara online akan membuat saya lebih hemat karena tidak terlalu memanjakan mata dengan beragam buku sehingga memperkeras kerja otak untuk memilih.

Saya sudah mencoba membeli di beragam toko buku online. Dengan demikian, saya bisa membandingkan bagaimana sistem kerjanya. Nah, baru-baru ini saya membeli 2 buah buku di Boekoe Factory Outlet (@FOBoekoe). Pertama kali mengenalnya saat Mbak Nia (@niafajriyani) bikin kuis dengan syarat terlebih dulu follow FOBoekoe. Saya gak menang, tapi bukan berarti langsung un-follow. Kemudian, selain karena harga buku di sana murah meriah, eh ada promo giveaway yang bikin jadi pengen nyoba beli.

Foto buku yang saya beli

Usia FOBoekoe tepat 5 bulan di esok hari, 16 Januari 2015. Saya berharap toko buku online ini akan jadi semakin baik. Yang saya tahu, tim FOBoekoe terdiri dari beberapa orang. Pastinya ada Mbak Nia selaku pelaku promosi via online, baik di twitter, blog maupun facebook. Saya maklum kalau jarang online update buku-buku terbaru karena kesibukan kuliah. Namun baiknya tugas ini tidak hanya dimonopoli, namun juga dibagi dengan cara lain. Bagaimana? Nanti saya jelaskan.

Pada bagian pemesanan dan pengiriman dilakukan oleh Mbak Upi (@upiemeier). Entah mengapa rasanya tugas ini kurang pas dibebankan pada Mbak Upi seorang. Saya merasa ada baiknya tugas inipun tak dimonopoli. Bagusnya pun dibicarakan via Whatsapp Boekoe Factory Outlet, salah satu media yang katanya lebih aktif tim FOBoekoe dipakai dibanding media sosial yang dipunya.

Buku-buku yang tersedia di FOBoekoe adalah buku-buku berkualitas yang masih segel, belum dibuka dari plastik pembungkusnya. Isinya masih terjamin mulus, rapi, tidak ada lipatan maupun coretan. Harganya pun miring, murah banget! Apalagi ada diskon hingga 70%! Bayangkaaaan... ada potongan harga hingga lebih dari setengahnya, bikin ngiler plus mupeng abiiisss... Para pecinta buku pasti bakal nyerbu, nih!

Tapi ...
Kalau dibilang agak kecewa dengan pelayanan FOBoekoe, yaaa... memang begitu adanya. Pertama kali pesan buku di siang tanggal 30 Desember 2014. Saya SMS ke nomor yang diinfokan untuk order. Sayangnya ... responnya lambat sekali. Hingga akhirnya saya mention ke @FOBoekoe sekedar memberi tahu kalau saya pesan, biar buku pesanan saya tidak dipesan orang lain, mengingat ada kata “terbatas” dalam keterangan akun twitter @FOBoekoe.

SMS saya baru dibalas jam 15.10. Dikabari kalau pengiriman baru bisa di tanggal 5 Januari 2015 karena masih di luar kota. Artinya... harus menunggu hampir seminggu untuk pesanan saya. PHP nih, pemberi hubungan palsu... Saya konsumen, bukan sih? Katanya pembeli adalah raja, tapi masih pending nih statusnya. Ngegantung, kalau anak gawuuul bilang.

Nah, di tanggal yang dijanjikan, pihak @FOBoekoe (dalam hal ini mungkinMbak Upi) tidak memberikan informasi apapun tentang pesanan saya. Mungkin memang sistemnya harus pembeli yang aktif ya? Saran saya, kalau memang ingin banyak pembeli, harus pro aktif, jemput bola. Jangan mem-PHP para pemesan yang dijanjikan dilakukan pengiriman di tanggal yang ditentukan.

Saya sampai mengirim SMS dengan tulisan, “Halo, pesanan saya apa kabar?”. SMS yang dikirim tanggal 5 Januari 2015 jam 10.36 itu baru dijawab ESOK harinya. Langsung diberi total tagihan tanpa memberi nomor rekening untuk transfer uang. Akhirnya pembeli (yakni saya) harus kirim SMS lagi untuk konfirmasi sejelas-jelasnya. Ah, jadi kebanyakan SMS.

Kemudian setelah diinfokan nomor rekening, pembeli masih harus kirim bukti transfer via email! Ini ribet! Kenapa tidak pakai sistem e-banking yang bisa langsung mengabarkan kalau ada transferan yang diterima biar tidak merepotkan pembeli? Ada loh layanan BNI Syariah dan beberapa bank lainnya yang hanya menerapkan biaya SMS sebesar 500rupiah untuk sistem ini. Murah, gampang, gak pakai ribet.

Sorenya saya transfer dan baru mengabarkan kalau sudah transfer di malam harinya, sekaligus memberikan alamat pengiriman paket buku pesanan saya. Namun lagi-lagi, tidak ada respon. Baru ada di ESOK SORE HARINYA dengan tanpa memberikan nomor resi pengiriman. Di tanggal 8 Januari 2015 jam 11 siang, baru ada nomor resi pengiriman yang dikirim via SMS yang tanpa disertai keterangan pakai jasa pengiriman apa. Buku baru sampai di tanggal 14 Januari 2014, malam hari.

Jadi... butuh waktu 2 minggu dari awal pesan hingga 2 buku sampai di tangan saya.

Dua paketan yang berbeda

Kebetulan paketan datang bersamaan dengan paketan buku pesanan dari toko buku online lainnya. Kemasannya sangat jauh berbeda. Paketan buku dari FOBoekoe dikemas dengan kertas ala kadarnya, tipis sekali pembungkusnya. Penulisan alamat juga dengan tulisan tangan dan menggunakan kertas sisa skripsi, sepertinya. Sedangkan dari toko buku online lainnya menggunakan ketikan dan ditempel rapi. Kemasannya juga tidak asal-asalan, tebal dan mengamankan isi buku.

Jadi kalau ditanya apa kesan saya terhadap FOBoekoe? Jawabnya adalah: murah dan terkesan murahan. Padahal harapan saya tidak demikian, dikarenakan saya mengenal Mbak Nia dan pernah dapat paketan buku dari Mbak Nia yang manis abis! Sangat amat berbeda sekali dengan paketan buku dari FOBoekeoe. Wah, lebay ya.


Kritikan saya terhadap FOBoekoe:
- Respon lambat
Ada baiknya tugas para tim FOBoekoe tidak dimonopoli satu orang. Untuk tugas promosi online, dikomando oleh Mbak Nia dengan upload stok buku yang ada. Saat Mbak Nia offline, tugas mengisi timeline twitter @FOBoekoe bisa digantikan anggota tim lainnya. Misalnya Mbak Upi mengisinya dengan aneka quote-quote unik dari beberapa buku yang dijual FOBoekoe. Atau sekedar menyapa para followers FOBoekoe biar TL tidak sepi, dan bisa juga dampaknya menambah jumlah followers.

Untuk tugas Mbak Upi yang melayani orderan juga begitu. Apa susahnya sih balas SMS? Kalau masalah tidak ada pulsa, bisa loh SMS para pemesan disalin lalu ditulis di whatsapp FOBoekoe yang katanya jadi media diskusi para anggota tim FOBoekoe. Jadi, pembalas SMS bisa aja nomornya Mbak Nia, biar para pemesan gak terkesan di-PHP. Apa para pembeli juga harus pakai whatsapp untuk order biar responnya cepat? Sayangnya saya tidak pakai layanan itu.

Pengiriman buku juga demikian. Saya tidak tahu apakah FOBoekoe ini punya gedung khusus atau bagaimana. Kalau misalnya stok buku hanya tersusun rapi dalam tempat tertentu, walau bukan gedung besar sekalipun, sebenarnya juga lebih memudahkan untuk pengiriman bukunya loh. Misalnya stok buku tersimpan dalam lemari Mbak Upi. Sedangkan kebetulan Mbak Upi ada di luar kota. Nah, di rumah Mbak Upi kan ada saudara Mbak Upi, atau Mbak Nia bisa datang ke rumah Mbak Upi untuk mengambil buku sesuai pesanan pembeli. Kemudian dibungkus dan dikirim, beres.

- Terkesan pasif
Entah ini memang selalu pasif atau kebetulan saja saat melayani pesanan saya. Kalau memang pesanan baru bisa dikirim tanggal 5 Januari, ada baiknya @FOBoekoe meng-tweet:
Pesanan baru bisa dilayani tanggal 5 Januari 2015. Silakan lihat-lihat dulu ya...
Kalau di twitter tidak ada keterangan demikian sedangnya nyatanya saat pemesanan demikian, artinya mungkin tim FOBoekoe kurang komunikasi. Nah ... sebaiknya jangan pasif yaaa kerja tim pengelola FOBoekoe-nya. Kalau Mbak Upi gak bisa kirim, ya silakan kasih tahu Mbak Nia kalau lagi sibuk dan ada di luar kota. Jadi pesanan bisa dialihkan ke nomornya Mbak Nia, pun sebaliknya. Sekedar saran sih.

Dan lagi, kalau sudah mengagendakan kalau pengiriman baru bisa dilakukan di tanggal yang ditentukan, sapalah para pembeli yang sudah menunggu tanggal tersebut. Misalnya, “Halo. Jadi order?” Gak pa-pa, tidak perlu jaim. Karena di mana-mana, yang namanya jemput bola di zaman sekarang adalah hal penting kalau tidak mau rezekinya diambil orang lain. Menyapa pembeli terlebih dahulu juga memberi kesan plus di mata pembeli: keramahan FOBoekoe.

Kemudian, untuk pemberian detail pembayaran juga lebih diperhatikan lagi. Jangan seperti kasus saya. Misalnya demikian:

Terima kasih untuk pemesanannya. Berikut saya sampaikan daftar buku pesanan Anda:
Huckleberry finn 20 K -- Dracula 15 K
Ongkir 20 K pakai JNE eko
Total 55 K

Mohon transfer ke : ...
Paket buku akan dikirim setelah pembayaran dilakukan.
Terima kasih untuk pesanannya.


- Kemasan Ala Kadarnya
Beruntung 2 buku pesanan saya masih segel, masih dibungkus plastik rapat. Beruntung juga JNE memberikan plastik pembungkus tambahan sehingga hujan badai tidak merusak isinya. Namun hal demikian jangan lantas membuat FOBoekoe asal membungkus pesanan pembeli. Judge a book by its cover  berlaku di dunia bisnis. Semua hal yang diperdagangkan pasti menonjolkan bentuk luarnya. Kalau memukau, akan membuat jumlah penjualan meningkat.

Ada baiknya tim FOBoekoe mengubah pembungkus buku pesanan pembeli. Saran saya, pakailah kertas kado dengan motif yang cantik untuk memberi kesan yang manis. Atau kalau ingin yang lebih murah, bisa pakai kertas sampul yang warnanya cokelat. Dibungkus agak tebal, minimal 2 putaran lah. Kalau yang kemarin saya terima kan hanya 1 putaran, itu biasanya sampai di tangan pembeli dengan kondisi sobek-sobek dan terlihat isinya. Ih! Kalau mau yang lebih murah lagi, paketan buku seukuran pesanan saya kemarin bisa dibungkus dengan 3 lembar kertas HVS putih bersih. Lebih baik, lebih elegan.

Contoh label alamat pengiriman

Kemudian untuk penulisan alamat, saya menganjurkan agar tim FOBoekoe punya beberapa label untuk penulisan alamat pengiriman. Boleh di-print biar bagus, atau difotokopi saja biar jadi banyak dan bisa disimpan untuk pengiriman-pengiriman selanjutnya. Untuk alamat pengiriman boleh ditulis tangan, asal rapi biar enak dipandang. Diletakkan di sudut bawah, sama seperti aturan penulisan surat via pos untuk memudahkan pencarian alamat. Jangan lupa sertakan nomor telepon pemesan. Itu penting, agar kurir tidak nyasar.

Jangan mikir, “Kemasan bagus akan menambah biaya dan membuat keuntungan berkurang.” Tidak sama sekali. Bisa kok paketan dibuat semanis mungkin dengan biaya minim. Ya seperti yang saya sampaikan: pembungkusnya pakai kertas HVS putih bersih, label alamat pengirimnya pakai print ketikan, lalu bisa juga diselotip memutar di bagian luar agar pembungkus jadi makin kuat bak dibungkus dengan plastik.

Yang namanya factory outlet kan kesannya elegan. Stok buku tidak pasaran, eksklusif. Jadi bentuk paketan pengirimannya juga harus elegan, tidak asal-asalan walau harganya murah meriah. Okay?

Untuk jasa pengiriman, tidak harus memakai jasa pengiriman terkenal macam JNE. Banyak kok jasa pengiriman murah terpercaya. Saya yang biasanya kirim-kirim hadiah giveaway, pakai jasa pengiriman murah berkualitas yang status pengirimannya bisa dicek. Saran saya FOBoekoe coba pakai jasa pengiriman Wahana dan KGP. Mungkin kurang terkenal, tapi benar-benar berkualitas walau harganya miring. Saya inginnya FOBoekoe juga demikian, harga boleh miring tapi kualitas tetap nomor 1.

- Kebanyakan menjual buku karya penulis luar Indonesia
Saya tidak tahu mengapa kebanyakan buku yang dijual FOBoekoe adalah buku-buku terjemahan. Kebanyakan masuk di 1001 books you must read before you die. Memang banyak yang berpikiran buku bagus sepanjang zaman adalah karya penulis luar, tapi saya inginnya FOBoekoe juga menambah stok buku karya penulis dalam negeri. Kan katanya cintai produk dalam negeri.

FOBoekoe

Lagipula, ada baiknya sasaran utama @FOBoekoe adalah para pelajar dan mahasiswa. Kebanyakan dari mereka lebih menyukai bacaan ringan macam teenlit dan novel komedi. Coba deh stok beberapa, lalu dipasarkan dengan menyenggol atau mention akun lain yang baik hati me-retweet pada followers-nya. Dengan demikian, FOBoekoe jadi lebih mudah dikenal luas oleh remaja yang hobi baca.


Maaf kalau banyak kritikan yang saya berikan. Harapan saya di usia FOBoekoe yang menapak ke arah setengah tahun ini bisa semakin lebih baik, laris manis dan benar-benar jadi factory outlet-ya buku. Tim FOBoekoe boleh anak kuliahan, tapi kualitasnya harus kayak pengusaha beneran. Moga saran dari saya memberikan gambaran pembangunan FOBoekoe menjadi lebih jreeeng ya ... Harga boleh murah, tapi soal kualitas jangan sampai murahan.