Tas Murah Jims Honey

Haloooow...

Iyah, judulnya bikin ngiler. Tapi buat para pecinta tas ajah sih ...

Yang belum cinta, bisa kenalan dulu. Siapa tahu jadi cocok terus lanjut. 😁

Kebetulan, saya reseller Jims Honey. Iyah, tas yang buatan luar negeri ituh. Yang pabriknya ada di Shanghai 😆😍 Di mana itu?? Monggo buka peta 😇 Katakan "peta". Sekali lagi... "peta".

Mumpung ada promo diskon 15%... Lumayan kan?

harga tas Maddie turun jadi cuma 189 ribu. Kalau adiknya, si Lilbow plus yang cantik nian buat ke kondangan...banting harga jadi cuma 133 ribu.

Eits... hingga akhir bulan September 2016 ini ajah. Setelahnya, harga kembali normal.

Untuk pemesanan:: Hubungi::
😳😄 
Line:: artha_amalia

atau cek katalog di::

www.facebook.com/jimshoneypas

Happy shopping 😘😘😘

Food Spicy Chili

Doyan camilan pedas tapi nikmat?

Ada rekomendasi tempat asyik, nih. Kini ada Food Spicy Chili buat kamu kamu yang suka nongkrong ceriwis rumpi sambil ngewes kepedasan. Menunya variatif, harga sesuai kantong pelajar, dan tempat cozy di tengah kota yang gampang dideteksi walau tanpa google map.

Awal tahu owner ceker dan sayap sambalado ini dari instagram. Dari iseng nyari #kulinerpasuruan. Terus invite BBM dan dikirimi broadcast:

OPEN

MENU :
CEKER DAN SAYAP SAMBALADO  10k
SAYAP BAKAR 10k
CEKER CRISPY 10k
CHIKEN WING 10k
CHIKEN AICHIRO 8k
BAKSO BAKAR TENGGELAM 10k
MIE NGGUATHEL 10k
NOODLE SAMBALADO 10k

MINUMAN:
- Float ice cream (Bubble gum,vanilla,strawberry,chocolate,cappuccino) 11k
- Island fresh (jeruk,melon,strawberry) 8k
- es teh 2k
- es jeruk 3k
- Lemon tea 5k
- Hot Coffee 5k
- Hot chocolate 5k

Langsung cuss nyobain Chiken Aichiro. Penasaran sama namanya...unyu. Ternyata eh ternyata, menu ini adalah fillet ayam krispi yang diberi saos mayonaise. Karena saya bukan pecandu cabai (masih belajar makan pedas, level setengah :D ), saos sedikit pedas dbungkus dalam plastik.

Kalau ceker krispi, sesuai namanya yang berupa kaki ayam yang digoreng tepung. Tenaaaaang... kaki ayamnya bersih kok. Gak ada kuku ayam dan kulit arinya. Kaki ayam yang dipilih juga pilihan, gemuk-gemuk.

Waktu keduanya dimakan...rasanya maknyuuuus. Enyak dan krispi banget. Gak terasa asin penyedap gitu. Rasanya kriyuk original tapi pas. Bumbu pedasnya walau kata mas ownernya "gak pedas", nyatanyaaaa...WUAH! Wow alamak super pedas luar biasa amat!

Tapi bener enak, deh... Saya jadi berkali-kali nyocolin ke saos bumbu pedas. Kepedesan tapi penasaraaaan...kecanduaaaan... Kapok lombok istilahnya.

Selain menunya yang yummy, suasana tempatnya juga unik. Dindingnya dipoles dengan cat putih dan dihiasi aneka potret vintage. Logo kepala ayam juga tampak di tengah ruangan, pertanda menu dari olahan ayam yang disediakan Food Spicy Chili. Bangku dan mejanya juga didesain agar dapat menampung banyak pembeli, mengolah ruangan yang sebenarnya tak begitu luas itu. Kebersihan dijaga benar, lantainya selalu bersih. Pun area cuci tangan disediakan di pintu masuk lokasi, di bagian kiri.

Dengan alamat lengkap jalan Soekarno Hatta no. 33 Gang 02, Kota Pasuruan, atau lebih gampangnya cari aja gang sebelah Toko Roti Matahari atau gang SMA 4 Pasuruan, gak bakal nyasar deh. Dari jalan raya, masuk gang sekitar 50 meter dan Food Spicy Chili ada di kanan jalan.

Mulai buka jam 10 pagi sampai jam 9 malam. Melayani delivery order juga, loh. Denger-denger sih gratis...selama area Kota Pasuruan.

Info lengkap dan pemesanan, hubungi:
PIN BBM :  2343B670 atau 7D37D375
081296608772
juga kepoin gimana ekspresi para penikmat pedas di instagram:: Food_Spicy_Chili.

Cara Kerja Cas Kodok

Pernah bermasalah dengan charger atau cas (pengisi baterai) ponsel? Saya pernah, baru-baru ini. Kebetulan integrated circuit (IC) power ponsel saya rusak. Jadinya tidak bisa lagi kalau ngecas pakai kabel cas. Satu-satunya jalan agar ponsel tetap hidup yaaa ngecas pakai cas kodok. Daripada ke Samsung Center dan habis biaya servis Rp 500.000,-, hehe ...

Ini penampakannya:

Mengapa disebut cas kodok, ya?
Mungkin karena bentuknya yang seperti kodok atau katak. Lihat saja dari bentuk colokannya, kalau didudukkan mirip kodok yang mau lompat.
\
Cara kerjanya?
Tidak seperti ketika memakai cas kabel, baterai ponsel harus dilepas dahulu dan dihubungkan dengan cas kodok. Posisikan kedua jepitan cas kodok yang terbuat dari tembaga menjepit bagian pertama dan ketiga dari colokan baterai. Biasanya di indikator cas kodok (yang ada LCD-nya) akan terpampang berapa persen sisa baterai ponsel, misal 25% (warna biru). Lalu pasang cas kodok pada colokan listrik, tunggu hingga indikator menunjukkan 100% yang artinya baterai penuh. Sebelum penuh, pastinya lampu indikator bergerak-gerak mulai 25% hingga 100%, kembali ke 25% ke 100% dan seterusnya.

Katanya cas kodok bisa merusak baterai ponsel?
Semua hal pasti berhubungan dengan penggunaannya. Asal penggunaan sesuai aturan, saya rasa tidak. Dilihat saja bagaimana kapasitas dan tegangan kerja baterai yang dimiliki, lalu disesuaikan dengan  spesifikasi pengisian cas kodok. Perkirakan lama pengisian. Sama seperti dengan mengisi baterai menggunakan kabel, kalau terlalu lama tentunya bisa merusak baterai itu sendiri. Asal indikator telah menunjukkan 100%, cabut saja baterai dari cas kodok dan langsung pasang pada ponsel.

Harganya?
Murah banget! Untuk cas kodok yang ada indikator LCD-nya harganya sekitar Rp 30.000,- sedangkan yang biasa Rp 20.000,-

Lama ngecas?

Tergantung. Tapi kalau dibandingkan dengan ngecas pakai kabel, yaaa lebih lama ngecas pakai cas kodok ini. Bayangkan, untuk baterai samsung yang saya cas selama hampir 3 jam baru terisi 60%. Yaaah... lumayan lah. Melatih kesabaran, hihi.


Wisata Paling Murah Pasuruan

Yuhuu ... Selamat hari Minggu!
Nyanyi dulu, yuk!

“Pada hari Minggu kuturut Ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka”

...

Itu tadi kan lirik lagu anak-anak. Kalau saya yang menyanyikannya, karena liburan bersama Shasa (keponakan), Din, Devi dan Selly (saudara) maka diubah jadi ... :
“Pada hari Minggu kuajak saudara ke kota
Naik kelinci, putar kota, kududuk di muka”

Eh, naik kelinci?
Iya! Serius! Bukannya gak sayang sama binatang. Habisnya ... Cukup pakai uang kecil, kita bisa nikmati indahnya Pasuruan pagi.

Penasaran?
*angguk-angguk
Mau juga?
*makin angguk-angguk
Ayooo ke Pasuruan!

Kali ini, nyontek Blog Jalan-jalan lainnya, saya akan bahas tentang salah satu kota di Jawa Timur. Kota Pasuruan, kota kelahiran saya yang luasnya cuma 77 Km2 ini berada di jalur utama antara Surabaya - Banyuwangi. Walau kota kecil, setidaknya kalian sudah pernah mendengar namanya. Kan Inul si Goyang Ngebor juga dari Pasuruan, hihi. Masyarakatnya beragam, yah ... sebagian besar suku Madura dan keturunan Arab, sih. Hehe.  Asal tahu saja, meski beragam, tapi semuanya punya kesamaan loh: suka ngumpul bareng keluarga di pusat kota!

Apalagi saat Minggu, uuuh ... ramai! Hari Minggu, bagi sebagian masyarakat, memang harinya santai, harinya keluarga. Bagi mereka yang terbiasa bekerja di hari aktif, Minggu menjadi hari yang dinanti karena bisa menyegarkan diri dengan berjalan-jalan bersama yang tersayang. Tidak perlu dengan menghabiskan banyak uang, jalan-jalan sekeluarga bisa diirit tapi hati tetap senang. Resepnya? Ya dengan tumplek blek atau beramai-ramai di pusat kota.

alun-alun Kota Pasuruan
masjid Jami' Kota Pasuruan

Sebagai Kota Santri, obyek wisata andalan Pasuruan ialah wisata religi. Pusatnya tentu di tengah kota yaitu di Masjid Jami’ Pasuruan, di mana ada makam KH. Abdul Hamid, ulama penting kota ini. Biasanya di Minggu pagi usai sholat Subuh, ada pengajian rutin. Pun pada malam Rabu dan Jumat legi. Penceramahnya adalah dari keluarga Assegaff, salah satunya Habib Taufiq bin Abdul Qadir Assegaff.

Karena mayoritas muslim, penduduk Pasuruan memenuhi pusat kota untuk mendengarkan pengajian. Para orang tua mengajak anaknya, saudaranya, tetangganya ... mendengarkan tausiah yang menyejukkan kalbu. Gratis. Selagi yang dewasa menambah ilmu, para anak-anak bermain-main di alun-alun yang berada tepat di depan Masjid Jami’. Banyak anak kecil yang terbiasa mengikuti tradisi ini. Mereka akan senang hati menunggu hingga pengajian usai, apalagi karena banyak orang tua yang menjanjikan mereka untuk naik kereta kelinci setelahnya.


kereta kelinci
Kereta kelinci hanya ada di Minggu pagi. Jam operasinya sejak mengaji selesai (sekitar jam 6 pagi) hingga jam 8 pagi. Dengan biaya Rp 6.000,- untuk tiket satu dewasa dan anak-anak, kita bisa berkeliling area Alun-alun, pasar besar, pelabuhan hingga daerah pecinan Kota Pasuruan. Lumayan jauh, areal putarnya hingga 5 Km.

Untuk yang suka liburan murah, sebelumnya bisa membawa bekal makanan dan minuman dari rumah. Kemudian naik kereta kelinci ini dan memakan bekalnya sepanjang perjalanan. Kereta kelinci berjalan pelan, sehingga tidak ada yang mabuk kendaraan. Juga aman nyaman. Nantinya, kereta kelinci singgah sejenak di pelabuhan. Orang tua bisa menunjukkan bagaimana indahnya pelabuhan kecil Pasuruan pada sang buah hati.


beberapa perahu di pelabuhan
“Hei, Nak ... itu ada kapal besar! Maem, yuk!”
Anak-anak yang nafsu makannya kurang pasti akan doyan makan sambil lihat kapal.


banyaknyaaaa perahunyaaa
“Tuh, kapalnya gede ... Kamu mau gede juga gak? Aaakkkk...!” ujarlah seperti ini sambil suapi sang buah hati.
*pengalaman pribadi saat mengasuh keponakan

Segarnyaaa menikmati pelabuhan Pasuruan di pagi hari. Bisa melihat ramainya kapal-kapal nelayan yang berlabuh. Ada yang besar, ada yang kecil. Dulunya pelabuhan ini menjadi sentral di zaman penjajahan Belanda, hingga timbullah nama Pasuruan yang katanya berasal dari akronim “Pasar Uang”.


ujung terutara pelabuhan
Usai berkeliling dengan kereta kelinci, mari kembali menikmati hijaunya rerumputan Alun-alun. Banyak permainan yang ditawarkan di areal ini, mulai dari scooter, pancingan ikan-ikanan, balon sabun dan sebagainya. Bisa juga bermain bola, bulu tangkis atau sekedar menggelar pesta kebun karena arealnya yang sangat luas, lapang dan bersih. Jangan lupa buang sampah pada tempatnya, ya. Ada banyak tempat sampah yang disediakan, hijau untuk sampah basah dan kuning untuk sampah kering.


main bulu tangkis, yuk!
main scooter cuma Rp 5.000,- loh
air mancur menyala di siang hari
Puas melakukan pemanasan di Kota Pasuruan, wisata murah kita lanjutkan dengan menuju Kabupaten Pasuruan. Berenang di Banyu Biru tentu mengasyikkan! Apalagi buat mereka yang belum sempat mandi karena kepagian mainnya, hihi. Karena berada di daerah kabupaten, maka kita menempuhnya dengan menggunakan angkutan. Dipatok Rp 6.000,- per orang untuk perjalanan sekitar 30 Km, lumayan murah kan?

Mata air yang berada di Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan ini sangat menyegarkan. Mitosnya sudah ada sejak zaman Majapahit. Dengan tiket hanya Rp 5.000,- per orang, kita bisa menikmati 2 model kolam di sana, yaitu 2 kolam alami dan 2 kolam buatan.

Oiya, ini ada video perjalanan saya ke Banyu Biru bersama ketiga saudara saya dan seorang keponakan. Kami naik angkutan, keponakan bahkan tertidur lelap sepanjang perjalanan menuju Banyu Biru.



Kolam-kolam alami Banyu Biru berisi ikan-ikan yang konon merupakan jelmaan penunggu Banyu Biru. Ukurannya relatif jumbo, ada yang semeter lebih karena telah puluhan tahun di tempat ini. Ikannya susah ditangkap dan dilarang untuk dibawa pulang. Jangan takut saat berenang bersama ikan, karena ikannya tipe ikan jinak dan bahkan terasa geli saat bersentuhan dengan kulit kita.


Shasa dan kedua orang tuanya renang bareng ikan
kolam buatan Banyu Biru
Pada kolam buatan, lantainya berwarna biru. Mungkin ini juga menjadi salah satu alasan mengapa disebut dengan Banyu Biru. Terdiri dari kolam dewasa yang kedalamannya hingga 2 meter, dan kolam anak-anak yang kedalamannya mulai semata kaki hingga sebatas dada orang dewasa. Di kolam anak-anak kini dilengkapi dengan seluncuran dan bak air terjun yang menumpahkan air tiap setengah jam.

Jangan khawatir badan gatal usai berendam ramai-ramai di Banyu Biru. Karena usai berenang, kita bisa membilas diri dengan mandi di kamar mandi yang bersih. Ada biayanya, sih. Tapi demi kesehatan diri, apalah arti Rp 2.000,-. Airnya juga dari mata air Winongan, dingin .... Bbbrrr!

Wah! Puasnya seharian berwisata murah bersama keluarga. Hanya dengan modal Rp 100.000,-, hari Minggu bisa seseru ini! Ingat, catatannya bawa bekal makanan dan minuman dari rumah yaa biar irit dan tetap sehat karena anti jajan sembarangan.

Cheers!



Rincian penggunaan uang Rp 100.000,-:
  1. Naik kereta kelinci                                     4 x Rp 6.000,- = Rp 24.000,-
  2. Angkutan berangkat ke Banyu Biru         4 x Rp 6.000,- = Rp 24.000,-
  3. Tiket masuk Banyu Biru                            4 x Rp 5.000,- = Rp 20.000,-
  4. Angkutan pulang dari Banyu Biru             4 x Rp 6.000,- = Rp 24.000,-
  5. Mandi bilas diri                                          4 x Rp 2.000,- = Rp   8.000,-
*Biaya untuk anak di bawah 3 tahun tidak dihitung karena gratis

Berani Nonton Film Annabelle?

Genre : Horor untuk Dewasa
Sutradara : John R. Leonetti
Produser : Peter Safran, Joan Mao, James Wan
Penulis Naskah : Gary Dauberman
Pemain : Annabelle Wallis (sebagai Mia), Alfre Woodard (sebagai John), Ward Horton, Tony Amendola, Eric Ladin, Brian Howe
Tanggal Rilis Perdana : 01 Oktober 2014 (Indonesia)
Studio produksi : Warner Bros Pictures
Durasi : 98 menit
Lokasi nonton: XXI Grand City Surabaya
Harga tiket: Rp 35.000,-




Masih ingat film The Conjuring? Atau mungkin belum nonton, ya? =)

Film Annabelle ini merupakan penjelasan dari prolog dan ending film horor yang dirilis tahun 2013 tersebut. “Before The Conjuring, There Was Annabelle!” Pasti penasaran, dooong! The Conjuring yang dibuat dengan budget 20 juta USD saja sudah cukup amat sangat membuat kita berteriak ketakutan bangetz, apalagi sekuelnyaaa... #eh

Ngomong-ngomong, Annabelle bukanlah sekuel The Conjuring, sebab sekuel rumah berhantu itu baru tayang 2015 nanti. Annabelle, boneka vintage bergaun pengantin putih ini menjadi sorotan karena sempat muncul sebagai salah satu koleksi boneka misterius, dan kemudian dibuatlah film karena banyak yang penasaran dengan kisahnya.

Usut punya usut, seperti The Conjuring, Annabelle ini berdasar kisah nyata. Boneka ini milik pasangan paranormal yang sangat terkenal di Amerika: Ed dan Lorraine Warren. Saking menyeramkannya, Annabelle hingga sekarang tersimpan di dalam lemari kaca museum pribadi sang pasangan paranormal yang dinamai Occult Museum. Lalu bagaimana keseramannya dalam film?

Dimulai dengan sekilas adegan yang diambil dari The Conjuring, yakni 2 siswi perawat yang lagi curhat tentang boneka misterius yang menimbulkan teror. Kemudian langsung flashback ke setahun sebelumnya, dimana dikisahkan ada suami istri yang berbahagia karena sebentar lagi akan memiliki momongan. Mia, sang istri, seorang kolektor boneka. Di kehamilan tuanya, John, suaminya, memberikan hadiah sebuah boneka. Mia sangat senang, ia lalu memajang boneka tersebut di lemari bonekanya.

Keduanya memiliki tetangga, keluarga Higgins. Hanya tinggal Mr dan Mrs Higgins karena putri mereka, Annabelle, menghilang. Hingga suatu malam, Annabelle kembali, tapi dengan aksi sadisnya yang membunuh kedua orang tuanya. Mia yang mendengar jeritan dari rumah sebelah lalu membangunkan John untuk memeriksa. Sayangnya, keduanya pun ikut diserang oleh Annabelle dan pacarnya, hingga perut buncit Mia terluka oleh tusukan pisau Annabelle.

Beruntung sebelumnya Mia sempat menelepon bantuan. Polisi datang tepat waktu dan melumpuhkan pacar Annabelle. Polisi kemudian mendobrak pintu di mana Annabelle bersembunyi. Ketika pintu terbuka, tampaklah Annabelle terkapar penuh darah dengan memeluk boneka pemberian John. Annabelle bunuh diri dengan menggorok lehernya sendiri dengan meraut lambang aneh, lalu setetes darahnya mengenai mata boneka yang dipeluknya.

Setelah diselidiki, ternyata Annabelle dan pacarnya merupakan pengikut sekte pemuja setan. Mereka mengorbankan jiwanya kepada setan. Maka tak heran kemudian boneka yang dipeluknya lalu dihuni setan yang meneror Mia sekeluarga. Namun, Mia tak mengetahui hal tersebut. Ia mengira semua ketakutan yang dialaminya hanya karena tempat tinggalnya terkutuk. Setelah melahirkan dan tinggal di apartemen baru, barulah ia sadar bahwa semua teror berasal dari boneka Annabelle.

Lalu bagaimanakah kisah selanjutnya? Mampukah Mia dan John menyelamatkan Leah, putri mereka yang menjadi incaran boneka Annabelle? Pengorbanan seperti apa yang harus dilakukan agar Leah selamat?


Sekilas, memang kisahnya seperti biasa saja: teror boneka. Tapi sungguh, selama pemutaran film ini, saya lebih banyak menutup mata. Bukan karena ada adegan dewasa, tapi karena saya takut melihat tampang boneka Annabelle dan arwah Annabelle Higgins yang berkali-kali di-shoot­ selama lebih dari 2 detik. Ditambah efek musikal yang cetaaaaar... dung dung nyeeesss deh hati ini, merinding dan kaget syalalala. Ada pula adegan sadis bin brutal yang juga tak layak ditonton anak-anak, yaitu ketika Annabelle Higgins dan pacarnya menyerang Mia dan John. Aduh, itu ibu hamil kasihan banget harus susah payah menyelamatkan diri. Mana sempat tertusuk pula perutnya, untungnya sang bayi bisa lahir dengan sehat dan selamat.
saya, tiket dan poster

Tapi dibandingkan The Conjuring, masih kurang terasa efek usai nontonnya. Kalau dulu setelah nontong The Conjuring, saya jadi takut buka lemari dan sendirian di rumah, setelah nonton Annabelle saya hanya membayangkan masih berasa di lantai yang sama ketika pintu lift terbuka. Saya masih berani ke toilet sendirian, melototin posternya dan bahakan mejeng bareng poster film Annabelle. Dibandingkan Chucky, boneka Annabelle sebenarnya masih kurang terlihat seramnya. Tapi ya itu tadi... berhubung musiknya jos gandos, saya jadi merinding disko, boz! Dua jempol untuk musikalnya, sejempol untuk lainnya. 

Teringat setan Indonesia, kuntilanak, saat arwah Annabelle Higgins tiba-tiba muncul. Hiyaaa.... Bagi kalian yang takut setan wanita berbaju putih ini, mungkin akan memberi skor 4 dari 5 bintang. Arwah Annabelle Higgins terlalu sering nampang. Di-shoot lama pulak. Huhuhu, saya jadi pengen dandanin dia biar cantikan dikit, sisir rambutnya biar gak berantakan gitu.

Saya kira, setan gak akan berani masuk gereja. Tapi saat sang Romo hendak membawa masuk boneka Annabelle, ia seperti ditendang keluar gereja. Kok bisa ya? Padahal setan Annabelle Higgins menunggu di luar gereja. Siapa dong yang nendang? Jedug-jedug ... ini masih menjadi pertanyaan. Sakti banget setannya!

Kalau dibilang pemaksaan penyeraman, iya juga sih. Terornya terlihat gak logis. Masih lebih bagus Oculus. Urutannya jadi The Conjuring – Oculus – Annabelle deh. Ah, saya kasih 2 dari 5 bintang untuk Annabelle, kurang memuaskan. Enggg... 3 dari 5 bintang deh, soalnya diliputi misteri juga, kenapa nama pemain utamanya juga Annabelle???


Wisata Keliling Desa di Pasuruan

EmakBogor @dwinayusuf lagi bingung nih. Pas weekend (mari kita baca: wiken), ia sekeluarga cuma bisa DRS dengan agenda nonton film bareng a.k.a di rumah saja. Hihi, saya seringnya juga gitu sih. Bukan karena takut boros dengan budget ekstra (kan ada Wisata Murah Pasuruan), tapi memang kondisi fisik tidak memungkinkan. Mau keluar rumah, capai. Semingguan kerja di luar rumah, masih keluar rumah juga saat wiken? Aaaargh! Apalagi tidak semua wiken saya nikmati sebab seringkali kena tugas jaga, hiyaaa....

Tapi ... syukurlah bulan kemarin dan bulan ini, hoki saya gede. Pas wiken, saya libur! Horeee! Asyik-asyikkk... Karena saya hanya berdua dengan Mama di rumah, dan Mama juga liburnya hanya saat wiken, klop deh keberuntungan ini. Coba bayangkan... biasanya ketika saya libur (di hari aktif), Mama saya malah kerja. Yaaa saya sendirian di rumah, plonga-plongo kalau orang Jawa bilang.

Rumah saya berada di pinggiran kota. Masih ada sungai dan segala isinya, sawah, ladang, jembatan kayu, dan sebagainya. Jadi saat wiken, kami biasa keliling, menyusuri sungai, mengunjungi sawah tetangga, minta terong di kebun tetangga #eh, ikutan panen jagung di ladang jagung tetangga #ehlagi. Juga mengulik cara membuat batu bata. Naaah... asyik banget kan? Inilah keuntungan punya rumah yang berada di setengah desa dan setengah kota.


mau jalan-jalan, selfie dulu...
sungai dan jamban sungai
Inilah pemandangan rute yang kami jelajahi lewat Wisata Keliling Desa. Dimulai dengan menyusuri sungai yang banyak ditumbuhi kangkung. Rumah saya dan Mama ada di balik rumah yang tampak pada foto. 


Di Kota Pasuruan, masih ditemukan sekelompok masyarakat yang buang air besar di sungai. WC umum sempat dibuat, namun tidak dipergunakan secara layak. Katanya lebih enak buang hajat di sungai secara langsung. Engg... sebagai petugas kesehatan, edukasi telah diberikan. Tapi kembali lagi pada pribadi yang bersangkutan: mau melaksanakan atau tidak.


masih sudi makan kangkung yang dipetik dari sungai? Hihi...

jembatan kayu
Ini jembatan kayu yang usianya puluhan tahun. Sudah direnovasi, sebelumnya jauh lebih 'seram'.


banyak lubang, hati-hati...

Mama bersiap untuk melintainya. Bulatkan tekad!

Mama berhasil melewatinya, horeee...!

jagungnya masih kecil, belum bisa diminta #eh
Yang asyik pada Wisata Keliling Desa ialah bisa mengeksplor desa. Kami jadi tahu tentang apa saja yang ada di desa kami, jadi tidak kuper (kurang pergaulan). Mengapa harus mengunjungi dan mengelilingi tempat lain kalau tempat sendiri belum dijelajahi? Malah, daerah sendiri bahkan jauh lebih indah dan menyenangkan, bukan?


Mama dan saya (yang motret) berada di daerah pembuatan batu bata
Pada musim kemarau yang panjang seperti sekarang, sebagian penduduk desa kami memanfaatkan tanah yang ada di sawah untuk dibentuk menjadi batu bata. Jadi, tanah liat dibentung balok, lalu dijemur hingga kering. Biasanya memakan waktu maksimal seminggu. Ditumpuk, dibakar, kemudian dijual.

batu bata yang masih mentah

batok kelapa sebagai bahan bakar pembakaran batu bata
Wisata Keliling Desa membutuhkan waktu sekitar 3-5 jam. Tapi kami tidak letih sama sekali. Sebab sepanjang perjalanan, kami isi dengan mengorol, menikmati alam sekitar, duduk-duduk dan selfie. Asyik deh! Sisa waktu wiken kami gunakan untuk istirahat dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasa.

Berminat berwisata keliling desa saat wiken seperti saya dan Mama? Coba deh!



Novel Gratis dari Inggris


Alhamdulillah...
Pak Pos mengantarkan sebuah novel dari Inggris. Judulnya "Eden at the Edge of Midnight", penulisnya John Kerry. Ini ketiga kalinya saya dapat buku berbahasa asing dari Goodreads.

Baca juga: UPDATE: Buku Gratis dari Goodreads Tidak Lagi untuk Orang Indonesia

Novel Gratis via Goodreads


Sudah baca : Cara Mendapatkan Novel Gratis dari Inggris ? 

Iya, untuk ketiga kalinya saya dapat buku dari Goodreads (mari kita singkat : GR). Saya anggap ini kejutan, karena tidak disangka dan tiba-tiba bukunya datang ke rumah. Untuk pengiriman pertama kali sih di-email oleh penulisnya sendiri. Kebetulan saat itu saya memang dapat 2 novelnya Cathy E. Zaragoza. Ia minta dikabari kalau paketannya sampai. Karena pakai FedEx, ekspress... Seminggu sudah mendarat di Jogja. Kalau yang selanjutnya, mungkin di-email juga. Sebab email yang saya pergunakan untuk mendaftar GR tidak pernah saya cek lagi, ketumpuk pemberitahuan facebook. Uuhhh... sesak.

Serunya Rafting Sungai Kromong

Wihiii...
pose sama Mama sebelum bus berangkat
Minggu (14 Desember 2014) saya rafting sama Mama. Iyaaa, padahal pada postingan lalu saya bilang kalau gak pernah nulis Jelajah lagi karena tidak pernah jalan-jalan lagi. Eh kok yaaa Sabtu-nya diminta kepala ruangan ikutan even outbound tahunan. Mama juga maksa saya ikut, alasannya biar ada yang jagain Mama. Hiyaaa... padahal udah janji mau ikutan acara temu blogger di Surabaya. Gimana yaaa? Akhirnya biar gak dicap anak durhaka, saya memilih ikut acara rumah sakit saja.

Acara dimulai dengan kumpul jam 6 pagi di halaman rumah sakit dr R. Soedarsono Kota Pasuruan. Karena bangunnya agak kesiangan, saya cuma sempat gosok gigi, wudhu, sholat, ganti baju dan berangkat. Hihi. Ya maaf kalau nanti ada yang mual muntah pas ngebau badan saya. Apa daya waktu mepet, yang penting kan gak telat datang. Toh nanti juga basah-basahan, lumayan lah anggap saja mandi di kali.

Jam setengah 7, 3 bus berangkat membawa 150-an karyawan rumah sakit menuju Base camp rafting Obech yang ada di kawasan Wisata Alam Bandulan, Pacet, Mojokerto. Perjalanan dari Pasuruan memakan waktu sekitar 2 jam untuk tiba di area perbukitan yang dikelilingi pohon cemara yang cukup tinggi itu, jadinya sepanjang perjalanan saya tiduran dulu. Bangun-bangun, badan kan jadi fresh dan siap lahir batin untuk main-main.

seragam wajib untuk outbound
Saat melintasi Pos Polisi Pacet, bus diminta berhenti. Penumpangnya pada komentar karena perjalanan terhambat. Otomatis saya terbangun, dijawil senior karena diminta menemaninya buang air kecil di kamar mandi Pos Polisi. Eh itu Polsek deh kayaknya. Maaf ya saya lupa. Pokoknya masih 1 Km lagi untuk sampai Obech.

Pak Polisinya bilang kalau lebih baik rombongan kami dikawal polisi. Soalnya jalannya naik-turun serem gitu, kalau dikawal Polisi jadinya lebih aman. Tapi berhubung panitia emoh mengeluarkan anggaran kawalan polisi, jadinya kami dioper naik angkutan umum. Asyik! Semilirnya angin yang menerpa wajah memupus rasa cemas kami pada jalanan yang landai.

Mama di pintu masuk Obech
Jam 10-an kami sampai di pintu masuk Obech. Mama minta pose dulu. Siplah, untung anaknya ini punya bakat fotografi. Engg... jangan-jangan Mama minta saya ikut bukan buat ngawal, tapi buat jadi tukang foto, yak? Haha.

Obech punya fasilitas yang lumayan lengkap. Selain kantor administrasi, ada pendopo untuk tempat makan, sejumlah kamar mandi yang bersihdan eksotis, mushola di alam bebas, serta fasilitas bermain outbound yang luas untuk flying fox, camping ground dan lainnya. Kami dari bus 1 yang baru datang, diminta istirahat dahulu lalu melakukan pemanasan untuk langsung rafting. Uwow! Sedangkan sisanya dari bus 2 dan 3, main-main dulu di halaman Obech yang luas. Selamat bermain! Saya main air dulu yaaa...
area Obech luas banget
sebagian outbound, sebagian lainnya rafting
Kami menggunakan sungai Kromong sebagai area rafting. Sungai permanen ini mempunyai grade 2-3 yang hampir 90 % penuh jeram, berhawa sejuk, dan pesona alamnya sangat eksotik. Itulah mengapa banyak yang pacaran di sisi sungai ini. Kebanyakan adalah para cabe-cabean dan terong-terongan. Haduuuh... anak muda zaman sekarang. Modal dikit dong, rafting kek kayak saya, kan cuma 199ribu per orang. Hihi, padahal saya rafting ini juga gratisan sih.

Sebelum menuju sungai Kromong, kami diminta memakai helm dan jaket pelampung. Kalau para pengarung jeram profesional memakai peralatan yang lengkap, kami cukup pakai 2 alat ini saja. Ini saja sudah ribet, para senior udah ngomel, “Beraaat... Aduh kok berat gini?” Termasuk Mama saya yang jaket pelampungnya kekecilan. Eh ini jaketnya kekecilan atau badannya yang kebesaran? Hihi. Kalau rafting pilih helm yang bagus dan berbunyi KLIK saat pengaitnya disatukan ya. Ini kunci keamanan, karena siapa tahu ada benturan di kepala jadinya masih aman karena terlindungi helm.


Walau sungainya dekat dengan base camp Obech, tapi untuk menuju titik poin kami harus naik pick up. Kan air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, jadi naik ke perbukitan dulu. Setelah 10 menit perjalanan, sampailah kami di suatu tempat. Karena mobil tidak bisa mendekat ke lokasi start, kami kudu jalan kaki menuruni tebing terjal. Harus hati-hati agar tidak tergelincir dan terjatuh ke jurang sedalam lebih dari 30 meter.



Tahu gak apa fungsi pemanasan sebelum rafting? Biar gak ngos-ngosan jalan menurun melewati jalan setapak. Pemandangan sepanjang perjalanan menuju tepi sungai Kromong indah banget loh. Rasa capai jadi berkurang dengan mengagumi keindahan alam. Apalagi jalannya ramai-ramai, sambil ngerumpi eh gak kerasa udah nyampai aja.

semangat! turun bukit untuk menuju sungai
sebelum rafting, pose dulu sama tim besar

Para trainer sampai start terlebih dahulu. Mereka lalu menggembungkan boat self bailing dengan pemompa agar bisa dinaiki. Ini tipe perahu dari karet tebal yang dilengkapi dengan lubang-lubang pembuangan air, sehingga kalaupun air masuk dalam perahu tidak akan menggenangi lantai perahu. Nah, setelah perahu penuh angin, para trainer menyeret perahu masing-masing ke tepi sungai, lalu meminta 3 peserta naik ke perahu.



trainer seret perahu
Karena anggota saya adalah Mama yang usianya setengah abad dan Bu Anis yang usianya 58 tahun, otomatis sebagai anggota termuda saya duduk di depan sendirian. Yang duduk di depan harus mahir menjaga keseimbangan agar perahu tak mudah terbalik. Untungnya saya pernah ikutan rafting di Probolinggo, jadi ada pengalaman lah, gak takut-takut amat. Yang penting duduknya nyaman, kedua tangan erat berpegangan pada kedua tali di sisi kanan-kiri saya.

Untuk yang duduk di belakang saya, sisi kanan ada Mama yang kudu pegang tali di sisi kanannya dan tali di depannya. Bu Anis juga wajib berpegangan erat pada tali di depannya dan tali di sisi kiri. Kami harus mendengarkan aba-aba Teguh. Saat perahu terhenti karena terganjal batu, kami harus menggoyangkan perahu agar mau jalan lagi. Ketika ada turunan yang cukup seram, kami harus melakukan posisi boom yakni duduk jongkok dan tubuh condong ke belakang. Kompak itu keharusan, kalau tidak mau perahu terguling seperti pada tim di depan kami.

Arus sungai Kromong yang cukup deras membuat kami tak perlu memakai dayung. Hanya trainer kami yang bernama Teguh yang mendayung untuk membantu perahu agar tidak nyangkut pada bebatuan. Nah, sepanjang perjalanan mengapung di sungai, seru banget! Walau harus berpegangan rapat pada tali, teriak-teriak dan boom berkali-kali tapi benturan perahu pada bebatuan tidak membuat kami ketakutan, malah ketagihan.

posisi boom untuk area turunan seperti ini
seru banget kan?

nyemil di rest area
Lamanya rafting ini sekitar 2 jam. Di pertengahan jalan, kami berhenti di rest area  dan nyemil jemblem plus teh hangat. Jemblem ini camilan tradisional yang terbuat dari singkong yang dilumatkan, dibubuhi gula merah di tengahnya, dikepal, kemudian digoreng. Enaknya nyemil yang hangat-hangat saat kedinginan... Nah kan benar, walau berangkatnya gak pakai mandi yang penting kan akhirnya mandi juga di kali, hihi.

Perjalanan di lanjut lagi. Seru-seruan lagi di kali sambil ngelihatin anak-anak abegeh yang pacaran, itu disuruh sama Teguh, trainer kami yang usianya 22 tahun. Soalnya kata dia, siapa tahu ada tetangga atau anak saudara yang nyasar di mariii ...

yay! ini tim saya! Jepretan Mas Riski.
mushola di tengah kebun bunga
Rafting kelar, acara makan di pendopo Obech dimulai. Tapi kami bersih diri dulu, ganti baju, sholat lalu pose di bunga-bunga. Bagi yang tidak membawa baju ganti, bisa loh beli kaos Obech, harganya 75 ribu. Ihiy! Perut lapar jadi kenyang usai menikmati sajian sederhana semacam nasi krawu, lele dan wader goreng, peyek kacang dan semacamnya.

Saat rafting, ada kru pendokumentasinya. Kami bisa membeli file-nya dengan harga 20ribu per file. Mahal ya, itu hanya berupa file dan tidak bisa dicetak di tempat. Untung sepanjang acara saya dekat-dekat dengan Mas Riski, jadinya kejepret terus dan punya file-nya dengan gratis, haha. Makasih ya Mas Riski. Sampai berkorban ribet nyimpan di tas plastik, kehabisan baterai dan berkali-kali dipanggili cuma buat minta difoto.

Oiya, waktu saya lihat-lihat foto tim saya di komputernya Mas Fotografernya Obech, beliau bilang ke Mama, "Foto ini bagus, Bu!" sambil nunjuk muka Mama di foto. "Oiya, Adik yang ini mana?" tanyanya sambil nunjuk foto saya di layar komputer.
selfie emak-anak

"Lah ini ..." Mama menoleh pada saya yang tepat berada di sebelahnya.

Mas Fotografer mengernyit. "Masa sih? Kok beda? Manisan saat rafting tadi. Apa karena senyumnya ya?"

Uhuk! Sakiiit hati saya mendengarnya. Tuh kannn, tahu gitu gak mandi. Kalau saya mandi kan hasil akhirnya begini, kecantikan memudar. Haha.

Kami melenggang pergi dari Obech menjelang Maghrib. Untung deh jalanan gak macet, jadi nyampai Pasuruan jam 8 malam. Eh pas ketemu satpam, dikabari kalau ada 2 paketan buat saya. Iya, biasanya kalau pengirimna via JNE ampainya ke rumah sakit, soalnya alamat rumah saya tuh ribet, maklum di pinggiran kota. Terus bergegas pulang, ganti baju, leha-leha bentar dan berangkat lagi ke rumah sakit soalnya dinas malam. Capai sih, tapi ya mau bagaimana lagi. Untungnya pasiennya gak terlalu banyak jadi masih sempat tiduran 2 jam di ruangan, hehe.

Serunyaaa rafting sama Mama! Kalau kalian sudah pernah rafting, belum?