Menjadi Perempuan Sehat dan Hebat dengan Skrining Kanker Serviks



“Apa saya bisa sembuh? Kira-kira bisa hidup berapa lama lagi?”

Pertanyaan terlontar dari salah satu pasien berusia senja. Sebut saja namanya Bu Siti, penderita kanker serviks stadium lanjut. Berusaha menguatkan hati, saya menjawab bahwa dengan semangat kuat tentu bisa sembuh dan hidup lebih lama lagi. Mungkin sedikit berbohong, tapi ternyata cukup menghiburnya.




Bu Siti menikah 3 kali dan selalu bercerai. Beliau memiliki 6 anak. Untuk menghidupi keluarga, beliau bekerja keras. Sungguh sosok perempuan tangguh!

Miris. Kini wajahnya lesu, aroma tak sedap pun tercium ketika berada di dekatnya. Saya harus menyebar bubuk kopi demi menghalau aroma bak telur busuk yang berasal dari jalan lahirnya. Penyakit ini baru diketahuinya 3 tahun lalu setelah keputihan berkepanjangan yang berbau dan terasa nyeri. Beliau sebenarnya sudah paham bahwa di masa ini harapan sembuh total sangatlah kecil.


Kesehatan tidak akan dihargai hingga penyakit datang
--  Thomas Fuller, seorang penulis


Perempuan wajib lebih memperhatikan kondisinya karena perempuan sehat adalah perempuan hebat! Tonggak kehidupan keluarga tergantung padanya. Sebagai istri, menyiapkan kebutuhan suami adalah kewajiban. Sebagai ibu, mengurus anak dan menjaga rumah selalu damai adalah keharusannya. Pun sebagai bentuk eksistensi diri, banyak perempuan turut bekerja serta aktif pula di masyarakat. Selalu sibuk dan dibutuhkan. Karenanya menjaga kesehatan adalah kebutuhan. Namun bila kanker serviks telah menyerang, perempuan akan lemah dan kehebatannya sirna.




Tiap 2 menit, di dunia ada seorang perempuan meninggal karena penyakit yang berjalan lambat (silent disease) ini. Menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), tingginya kasus kanker yang menyerang leher rahim membuat World Health Organization (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia. Penyakit yang 99,7% disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) ini umumnya tersebar melalui hubungan seksual. Jadi setelah memulai hubungan seksual, diperkirakan terdapat 33% perempuan akan terinfeksi HPV. Terlebih bila bergonti-ganti pasangan seksual, aktivitas seksual terlalu dini, dan terlalu banyak melahirkan anak. Pemakaian pil kontrasepsi terlalu lama, kurang menjaga kebersihan organ intim, dan merokok juga merupakan gaya hidup yang dapat menyebabkan kanker serviks.

Jenis HPV 16 dan HPV 18 merupakan penyebab kanker serviks pada 70% perempuan yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Antisipasinya adalah dengan pemberian vaksin HPV. Walau demikian, vaksin pun tidak memberikan perlindungan seutuhnya. Karena itu skrining atau pemeriksaan dini tetap penting dilakukan, bahkan bagi perempuan yang telah divaksin. Sayangnya di Indonesia hanya 5% perempuan yang melakukan deteksi kanker serviks, maka tak heran sebanyak 76,6% pasien saat terdeteksi sudah memasuki stadium lanjut seperti Bu Siti. Karena keterlambatan diagnosis sehingga penyakit telah menyebar ke organ lain inilah yang membuat pengobatannya menjadi semakin sulit.


Setiap tahun, sekitar 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia dan membuatnya sebagai penyakit pembunuh perempuan nomor 1
-- Prof.DR.dr. Aru Wicaksono, Ketua YKI


Padahal kanker serviks paling bisa dicegah dan disembuhkan asalkan diketahui sejak stadium awal. Pengobatan ketika sel-sel di leher rahim masih dalam tahap pra-kanker bisa dilakukan sehingga risiko terkena kanker serviks bisa berkurang. Hal ini karena perubahan sel dapat diamati dengan cara:

1. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA), sering diplesetkan menjadi Intip Vagina Anda
Beberapa tahun lalu, program ini digalakkan pemerintah melalui puskesmas dan praktek bidan. Pemeriksaannya praktis, tidak perlu alat tes dan teknisi laboratorium khusus dalam membaca hasilnya. Juga murah, dapat dilakukan bidan hanya dengan mengoleskan asam asetat pada permukaan leher rahim dan terlihat hasilnya. Namun walau dapat mendeteksi luka pada tingkat pra-kanker dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%, tetapi segi kepastian sangat rendah yakni 85%.

2. Pap Smear
Dilakukan dengan cara mengoles area sekitar leher rahim menggunakan alat khusus untuk mendapatkan sampel sel dan harus segera dibawa ke laboratorium (misalnya Prodia, mekanismenya bisa dibaca lengkap di www.prodia.co.id) untuk pemeriksaan selanjutnya. Gunanya untuk mendeteksi jika ada sel-sel tak normal yang berpotensi berubah menjadi sel kanker. Tapi hasil yang tak normal bukan berarti perempuan tersebut pasti menderita kanker serviks karena kebanyakan disebabkan oleh infeksi yang bisa ditangani.



3. HPV-DNA (HighRisk Type)
Pemeriksaan molekuler menggunakan hybrid capture yang telah mendapatkan persetujuan Food and Drug Administration (FDA) untuk mendeteksi adanya Deoxyribose-Nucleic Acid  (DNA) HPV tipe risiko tinggi. Biasanya dilakukan bersama Pap Smear, bila hasil pemeriksaan tidak jelas atau membingungkan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di Prodia, laboratorium terkemuka yang telah berdiri sejak 7 Mei 1973.


4. Serologi Serviks Berbasis Cairan (SSBC)
Merupakan metode baru dari Prodia, satu-satunya laboratorium dan klinik di Indonesia yang berakreditasi College of American Pathologists (CAP), untuk meningkatkan keakuratan deteksi kelainan sel-sel leher rahim, dimana bahan pemeriksaan dimasukkan ke dalam cairan khusus untuk memisahkan dari faktor penganggu lainnya sebelum dilihat di bawah mikroskop. Objek yang diperiksa jadi lebih jelas dan akurat, sehingga lebih mudah mendeteksi kelainan sekecil apapun pada serviks.


Tentu terbayang tidur telentang lalu kemaluan dimasukkan alat guna melihat ataupun mengambil bahan pemeriksaan di area jalan lahir. Menakutkan! Perempuan manapun risih bila bagian sensitifnya dilihat orang lain, meski untuk skrining kanker serviks sekalipun. Butuh kelembutan dan pelayanan yang privasi serta nyaman. Untuk itulah, sebuah klinik berbasis Women-Wellness pertama di Indonesia didirikan oleh Prodia di Jakarta dan diberi nama Prodia Women’s Health Centre (PWHC).


Karena wanita ingin dimengerti
Manjakan dia…dengan kasih sayang
– lirik “Karena Wanita (Ingin Dimengerti)” dari Ada Band


Diresmikan 8 Maret 2017 lalu bertepatan dengan Internasional Women’s Day, Prodia sebagai pelopor sekaligus pemimpin laboratorium klinik di Indonesia, sangat memahami bahwa perempuan pantas mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup mereka. Didesain layaknya suasana rumah nan cantik sehingga keberanian untuk skrining menguat, PWHC adalah salah satu wujud komitmen layanan sepenuh hati Prodia. Tema Love for Quality yang diusung Prodia sejak 2009 membuat seluruh karyawannya berupaya memberikan yang terbaik. Para perempuan jadi leluasa berkonsultasi dan memeriksakan kondisinya karena merasa berhadapan dengan sahabat yang mengerti kondisinya, bukan lagi hubungan antara pasien dan dokter yang terkesan kaku.

Ayo deteksi dini untuk cegah kanker serviks! Di PWHC semua lengkap tersedia. Layanan Pencegahan Dini berupa penyuluhan dan vaksinasi baik secara komunitas maupun pribadi dapat dilayani baik dengan perjanjian via telepon atau langsung datang ke sana. Pencegahan Lanjutan berupa Medical Check Up menggunakan tes laboratorium, Diagnostic Centre menggunakan alat-alat canggih dan Konsultasi Dokter pun lengkap tersedia.

Ingat, semakin dini terdeteksi maka semakin tinggi pula peluang sembuhnya!



*1000 kata termasuk judul





Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*