Menumbuhkan Kecerdasan Spiritual Anak Balita



Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan suatu kemampuan yang musti diasah sejak si kecil masih bawah lima tahun (balita).
Bagi saya ini merupakan keharusan, agar tertanam sedari dini bahwa dirinya ialah ciptaan Tuhan. Hidup ini ada aturannya. Segala hal ada aturannya, yang utama dengan takut pada Yang Maha Esa.

Bila balita telah memiliki SQ, diharapkan terbiasa melakukan hal baik. Ia sadar ada Tuhan yang selalu melihatnya, sehingga dia pun akan berpikir ulang bila melakukan suatu hal yang buruk. SQ memang mengarah pada kemampuan balita untuk memahami keberadaanTuhan dengan baik. Tak hanya mengerti bahwa Tuhan yang menciptakannya serta alam sekitar ini, juga mengerti bahwa kehidupan ini diatur olehNya sehingga manusia harus mematuhi aturanNya pula. Toh di dalam hidup, agar segalanya berjalan dengan baik maka manusia sejatinya mengontrol setiap tindakannya.

Cara mudah untuk menumbuhkan kecerdasan emosional ini dengan mengajaknya turut beribadah. Sedari buah hati kami baru lahir pun, kami secara langsung mengajaknya demikian. Ketika suami di rumah, kami sholat bergantian. Saat suami sholat, saya menjaga si kecil sambil berujar kalau ayahnya sedang berdoa, setelah itu akan bergantian dengan ibu.

Nah ketika ayahnya kerja dan kami hanya berdua, saya sholat di dalam kamar. Si kecil di atas ranjang dengan bantal yang berada di setiap sisi tubuhnya, takut posisinya berubah lalu terjatuh. Ia memang tak mengerti, tapi kami yakin dengan terbiasa melihat orang tuanya beribadah maka dia akan hapal dan mengerti rutinitas kami.

Setelah buah hati kami berusia setahun dan sudah mampu duduk dengan tegap, kami mengajaknya turut berjamaah di mushola dalam rumah kami. Ia mampu duduk dengan tenang, menanti sambil memperhatikan setiap gerakan kami. Tak jarang dia tertawa saat kami rukuk, ataupun menyentuh kepala kami saat kami sujud. Ah rasanya senang sekali dia tak rewel karena merasa kami mengajaknya bermain.

Kemudian di usia 2 tahun ini, dia sudah mengerti bahwa tiap terdengar adzan maka berarti ayah dan ibunya akan ke mushola. Ia pun sudah hapal gerakan wudhu, walau belum sempurna. Setiap kali kami melangkah ke kamar mandi usai adzan, dia pun mengikuti. "Ajil wudhu... Ajil wudhu..," katanya.

Setelah dia basahi wajah, tangan, rambut, telinga dan kakinya, kami mengangkatnya untuk masuk ke mushola. Ia yang telah kami belikan sarung mini, dengan antusias memakai sarung bergambar karakter kesukaannya, Tayo. Dengan hikmat, buah hati kami mengikuti setiap gerakan sholat. Meski hal tersebut bertahan tak lama, karena ketika sampai gerakan sujud, dia naik ke punggung saya ataupun ayahnya.

Marah? Tentu tidak. Kami membiarkannya turun sendiri. Karena kami tahu bahwa dia tak akan lama. Mungkin lagi-lagi, dia mengira kami mengajaknya bermain kuda-kudaan. Setelah dia turun dan kami melanjutkan ibadah, dia pun duduk kembali dengan memainkan tasbih ataupun ujung sajadah yang berumbai.

Sang balita lucu ini telah paham betul bahwa di akhir sholat selalu ada gerakan salam yang menoleh ke kanan dan kiri. Ia pun mengikuti gerakan tersebut, lalu mengarahkan tangannya pada ayahnya lalu pada saya. Diciumnya tangan kami bergantian. Bergantian pula kami mencium dan mendoakannya. Ah manisnya...

Saya ingat sewaktu masih berusia setahun, setelah mengakhiri sholat, saya mengulurkan tangan dan memintanya mencium tangan saya. Selalu begitu, tiap kali dia ikut ke mushola. Lama-lama dia hapal, meski belum paham maknanya. Setidaknya kebiasaan ini telah melekat di benaknya dan jadi rutinitas yang baik.

Ia memang tak pernah tanya untuk apa kami beribadah. Tapi sebelum dia bertanya, saya telah menjelaskan kalau kami berdoa pada Allah, Tuhan Yang Maka Esa. Allah memang tak terlihat, tapi Allah selalu melihat kita. Jadi kita harus selalu melakukan hal baik agar disayang Allah, dipenuhi segala pinta kita.
Bukan bermaksud menggurui ibu-ibu yang jauh lebih senior mengasuh anak. Saya memang masih harus belajar. Apalah cara saya ini kurang tepat, saya juga masih terus memperbaiki cara saya mendidik si kecil. Tapi sejauh yang saya lihat, balita dengan kualitas SQ yang baik memang selalu bertingkah baik nan manis.

Balita dengan SQ yang baik merasa kehadiran Tuhan di sisinya. Karena itulah mudah diminta ikut beribadah, mendekatkan diri dengan Sang Pemberi Hidup. Mereka jadi takut dengan Tuhan, akhirnya berusaha melakukan hal-hal yang sesuai norma karena berada di jalan yang lurus. Prinsip mana yang benar dan mana yang salah dipahaminya dengan baik.

Balita dengan SQ yang bagus juga akan menolak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan prinsip. Seperti berbohong ataupun menyakiti orang lain. Balita saya contohnya, saat saya mengatakan hal yang tak sesuai dengan apa yang dilihatnya, saya ditegurnya tanpa segan. Saya jadi terkesima, waaah... jangan sampai saya suka bohong, kalah dengan si kecil dong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*