Salah Kaprah Disentri yang Dikira Sejenis dengan Diare




Disentri adalah penyakit yang sering menyerang si kecil. Karena gelajanya mirip dengan diare, banyak orang tua yang mengira kedua penyakit ini sama.
Karena itulah tak heran bila kemudian terjadi keterlambatan penanganan yang berujung fatal. Bahaya, bukan?

Itulah mengapa pemahaman mendalam mengenai apa itu disentri sangatlah diperlukan. Agar tak terjadi salah kaprah. Terutama teruntuk para ibu yang tugas utamanya ialah merawat dan mendidik si kecil sehingga waktunya lebih banyak bersamanya dibanding ayah, bisa senantiasa memastikan kesehatan si kecil. Bisa melakukan berbagai upaya pencegahan serta memberikan penanganan terbaik, misalnya dalam mengenal tanda gejala disentri lalu segera memeriksakan si kecil ke fasilitas kesehatan terdekat.

Disentri memang ditandai dengan diare. Bedanya diare pada disentri mengandung bercak lendir dan darah. Hal ini terjadi karena usus si kecil dan organ pencernaan lainnya terinfeksi bakteri. Biasanya disentri juga diikuti dengan rasa nyeri atau kram perut yang hebat, hingga si kecil rewel dan terus menangis kesakitan.

Dilihat dari penyebabnya, penyakit disentri dibagi menjadi 2 jenis yakni disentri yang disebabkan oleh bakteri Shigella dan amoeba. Bedanya bila pada disentri yang disebabkan bakteri Shigella umumnya menimbulkan gejala berupa demam dan mual. Namun, feses si kecil cenderung tidak berlendir dan tidak mengandung bercak darah. Akhirnya banyak yang terkecoh karena mengira demam dan masuk angin.

Lain halnya dengan disentri oleh karena amoeba. Bila si kecil kena disentri jenis ini maka feses penderitanya akan berlendir dan mengeluarkan bercak darah. Oleh karena itulah bila anak diare, orang tua, terutama ibu haruslah peka dan cek bagaimana konsistensi feses. Tekan rasa jijik atau risih demi tahu jelas kondisi si kecil agar bisa memberikan keterangan yang tepat pada petugas medis sehingga segera tertangani.

Mengapa disentri menjadi salah satu penyakit yang sangat diwaspadai? Sebab ada data yang menyebutkan bahwa hampir 1,1 juta kematian penduduk dunia setiap tahunnya diakibatkan oleh disentri. Bahkan, 60% korbannya adalah balita dan anak anak. Yuk waspada ya ibu-ibu...

Gejala diare pada disentri yang mengandung bercak darah dan lendir, umumnya berlangsung antara satu sampai tiga hari. Kondisi si kecil bila dengan pengobatan yang tepat maka akan membaik dalam jangka waktu satu minggu. Perbaiki gizi si kecil juga jaga kebersihan alat malan serta lingkungan demi kesembuhan yang optimal.

Disebutkan pula bahwa dari banyak kasus, masyarakat di negara berkembang dan negara tropis lebih rentan terjangkit penyakit ini. Berbagai penyakit muncul dan jadi komplikasi dari disentri, menyebabkan prevalensi kematian akibat penyakit ini menjadi meninggi. Terlebih pada kasus yang terlambat memperoleh penanganan intensif oleh karena terlambat diketahui. Jadi pesan penting nih agar tidak menyepelekan kondisi si kecil.

Disentri yang juga seperti diare, bila tak segera diatasi maka memicu dehidrasi. Tubuh si kecil penderita disentri yang lemah akan terus mengeluarkan cairan lewat feses. Bila tidak diimbangi adanya cairan yang masuk lewat minum ataupun infus maka bisa berujung pada kematian. Oleh karenanya jangan sepelekan disentri!

Selain dehidrasi, disentri juga mampu memicu terjadinya penyakit abses hati. Gangguan kesehatan tersebut terjadi karena infeksi amoeba di usus yang kemudian menyebar ke organ vital hati. Selain itu, amoeba juga dapat menginfeksi organ lain yang letaknya berdekatan dengan usus. Karena itulah feses si kecil penderita disentri terus mengeluarkan lendir dan darah. Nah dalam jangka panjang, apabila tidak segera ditangani dengan mengonsumsi obat disentri, bukan tidak mungkin bisa menyebabkan masalah kesehatan yang lebih mengkhawatirkan. 


11 komentar:

  1. serem ya lihat penyakit akhir2 ini banyak sekali :( semoga semuanya sehat2 ya mbak

    BalasHapus
  2. duh anak aku pernah diare smpe berdarah bgini bikin panik kasian liatnya. alhamdulillah udh sembuh udh happy lagi anaknya. smoga kita smua sehat sehat yaa

    BalasHapus
  3. Gejalanya emang mirip sih ya jadi kadang suka gak ngeh kalau disentri. Alhamdulillahnya anakku belum pernah disentri dan jangan sampai deh.

    BalasHapus
  4. iya yah akupun sempat kira disentri dan diare itu sama, mirip gitu,, mengingat gejalanya sama

    BalasHapus
  5. Disentri ternyata lebih parah daeipada diare ya. Aku sering dengar sih tapi belum mudeng banget. Yang pasti semua anakku imunisasi rutin 😄

    BalasHapus
  6. Wah, aku baru tahu nih tentang masalah disentri yang ternyata lebih parah dari diare. Harus jaga kebersihan dan imun anak biar gak kena.

    BalasHapus
  7. Kalau punya anak kecil itu harus lebih hati-hati yah, apalagi orang dewasa juga bisa kena disentri atau diare hiks..

    BalasHapus
  8. Mba ga hanya anak kecil kena disentri ini, karena pas 3 tahun lalu aku pun kena disentri dan super gaenak banget, bener beda sama diare, karena mengandung darah dan juga lendir

    BalasHapus
  9. makasih mba artha untuk pencerahannya ya, aku pikir sama juga, wah harus hari-hati ya mdan harus lebih waspada karena bahaya ternyata

    BalasHapus
  10. karena memang gejalanya mirip ya mba...dan kita ngga boleh main - main dengan diare yang bisa membahayakan ya mba

    BalasHapus
  11. Aku jadi lebih paham perbedaan disentri dan diare nih. Ternyata gejalanya memang mirip ya, jadi sering bikin miskonsepsi deh.

    BalasHapus

Terima kasih sudah membaca ^^
Tolong berkomentar dengan sopan yaaa... Maaf kalau ada yang belum terjawab :*